CANDI SAMBISARI

PERJALANAN KELAS A PASCA PEND. MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

DISKUSI PARA PENCARI ILMU

GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

FOTO BERSAMA KELUARGA

BAPAK, MAMA, SAYA, DAN ADIKKU ATUL.

Pelataran Kantor Gubernur SULTRA

Bersama IMALUDIN AGUS, ADITIAN YUDIANTARA, NUR ISRA RASID, INDAH MAWARNI GAFUR dan HASRA

KELAS PASCA UNY

PROSES BERELEGI KELAS A PASCA PMAT UNY.

MALIOBORO

JETIS KOMUNITI BERSAMA WAWAN, ARUL DAN UMAR.

Sabtu, 31 Oktober 2015

“Refleksi KeTuju”


MENEMBUS RUANG DAN WAKTU BAGIAN KE-2
Selasa tanggal 27 oktober 2015, pukul 11.10 samapi 12.50, diruangan 305b lantai tiga gedung pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta berlangsung perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan ketuju dengan dosen pengampu bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada pertemuan ini adalah tes ke dua uji perkembangan dalam belajar filsafat selain itu juga diadakan dialog/pertanyaan terkait menembus ruang dan waktu kembali dalam filsafat.
Assalamua Alaikum Wr. Wb
Pengantar Pak Prof. Marsigit:
Sebagai pengantar beliau menyampaikan bahwa mahasiswa harus selalu meningkatkan bacaan agar dapat meningkatkan taraf berpikir dari mahasiswa tersebut yang sesungguhnya saling isomorfis dengan dengan pikiran beliau. Setiap pikiran pasti memiliki isomorfis dengan lingkungan atau dunia. Setiap manusia hanya mampu mengatakan apa yang kita pikirkan kecuali dalam keadaan mabuk, sebab orang mabuk tidak mengerti apa yang dikatakan.
Mba Azmi:
Berkaitan dengan tes yang tadi, untuk beberapa tes ini nilai saya memprihatinkan. Berpikir saja saya salah pak apalagi tidak berpikir. Lalu ini yang salah pikiran saya atau apa ya pak?
Pak Prof. Marsigit:
Beliau menyampaikan bahwa suatu nilai yang jelek atau salah itu benar dan disebus sebagai validisme. Mengapa demikian? Sebab anda adalah pemula serta belum membaca banyak artikel yang dibuat, sehingga ketika ditanya maka tidak mampu menjawab adalah benar. Untuk mampu menjawab dengan benar maka satu-satunya cara dengan meningkatkan  bacaan.
Beliau menambahkan bahwa tes ini juga berfungsi bukan hanya semata-mata prestasi akan tetapi agar setiap diri manusia rendah hati dengan ilmu yang diperoleh. Ini memiliki arti bahwa “setinggi-tinggi langit masih ada langit” atau “ setinggi kita berpikir ternyata masih ada yang lebih tinggi”. Dengan demikian, beliau menekankan bahwa rendah hati menjadikan diri tidak sombong dalam menuntut ilmu, sebab kesombongan dalam arti normatif disebut mitos. Mitos itu artinya jelas, maka dalam belajar filsafat selalu berpikir dengan spritual serbagai batasannya.
Pada dimensi spirtual merupakan batas berpikir, dimana pikiran harus berhenti serta sprituallah yang mengambil alih tugas. Doa yang dilakukan suatu saat akan sampai disatu titik yang tidak bisa dipikirkan dan diharapkan doa tersebut diambil alih oleh ALLAH SWT, sebab sebenar-benarnya doa adalah ketika kita tidak menyadarinya atau sedang tidak paham.
Sebagai penegasan kembali beliau menyampaikan bahwa mahasiswa untuk selalu membaca postingan belia agar mereka tahu bagaimana itu filsafat dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan filsafat terkait dengan ruang dan waktu. Ketika mahasiswa tidak mampu menjawab maka diharapkan untuk lebih giat membaca posting, sehingga yang mungkin ada bisa menjadi ada. Beliau juga menambahkan bahwa filsafat adalah diri sendiri. Filsafat tidak mengenal istilah menuangkan, mentransfer dan mengajarakan filsafat, sebab filsafat berharap agar diri sendirilah yang bisa membangun dirinya masing-masing.
Mba Evvy:
Bagaimana pendapat filsafat mengenai pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu?
Pak Prof. Marsigit:
Beliau menyampaikan bahwa dari sisi filsafat maka ketika berbicara pemimpin dan yang dipimpin itu adalah struktur dunia yang berdimensi. Setiap pemimpin memiliki dimensi yang lebih tingga dan merupakan dewa dari yang dipimpinnya. Logika para dewa itu bermaksud sebagai logika para pemimpin. Logika ini divisualisasikan dalam bentuk perwayangan. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa ketika berbicara dewa maka ini juga berstruktur. Ada dewa raja, ada dewa prajurit, ada dewa mentri, dst.
Beliau menambahkan seorang pemimpin itu harus mempunyai dimensi yang lebih tinggi. Untuk mempunyai dimensi yang lebih tinggi maka harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dan lebih tinggi. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemimpin dari sisi formalnya seperti mahasiswa yang sedang melanjutkan kuliah S2, kuliah S2 bertujuan untuk meningkatkan dimensi melalui pengalaman dan pengetahun yang diperoleh dalam belajar.
Sebagai kesimpulan beliau menyampaikan bahwa sebenar-benarnya hidup itu adalah menuju dimensi yang lebih tinggi. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa manusia itu menuju pada siklik berputar. Maka kita yang muda akan sampai pada usia tua dan usia tua akan cenderung bersifat kekanak-kanakan. Beliau juga menambahkan bahwa inilah yang menjadi pembeda dengan dunia barat yang menganggap hidup memiliki diagram lurus dengan pemikiran yang terbuka(open-endded) dan sampai pada titik tidak memahami hidupnya akan dibawa kemana. Oleh karena itu, siklik terluar adalah spritualisme. Selain itu, beliau menyampaikan bahwa manusia tidak sempurna dan manusia bersifat determinism, sebab apa yang dimiliki adalah hasil pilihan berdasarkan kemampuannya serta konteksnya. Kemudian beliau mempertegas bahwa ketika menjadi seorang pemimpin maka jangan semena-mena melakukan determinasi atau menentukan nasib pada apa yang dipimpinnya, sebab setiap yang dipimpin adalah dunia, maka ketika hanya memilih satu sifat atau sikap maka ini merupakan sikap yang mengabaikan dunia yang dipimpinnya.  
Mba Tri Rahma:
Bagaimana caranya untuk dapat menembus dunia secara ikhlas pak?
Pak Prof. Marsigit:
Belian menjelaskan agar kita dapat menembus waktu dengan ikhlas maka harus dilaksanakan sesuai dengan prosedurnya atau sesuai dengan sunattullahnya. Menembus ruang dan waktu serta ikhlas juga merupakan kodrat ALLAH. Maka beliau mendefinisikan ikhlas sebagai suatu level dibawah spritual. Keikhlasan itu adalah menembus ruang dan waktu.
Beliau memberikan contoh bahwa batu ikhlas sekali menembus ruang dan waktu, sebab batu tidak pernah protes terhadap dirinya. Maka ketika tidak keikhlasan maka tidaklah mampu menembus ruang dan waktu. Oleh karena itu, sebenar-benarnya hidup adalah ikhlas itu sendiri dengan menjalankan segala apa yang dianjurkan Allah sesuai dengan kodratnya. Ketika ada suatu pemaksaan kehendak maka ini dikatakan tidak ikhlas yang didasarkan pada keadaan, ruang dan waktu yang dipilih itu salah. Selain itu, beliau menambahkan belajar dalam filsafat harus sesuai dengan kodratnya serta sesuai dengan sifat manusia yang deperoleh dari kemandirian, kemerdekaan, otonomi siswa dan sebagainya.
Mba Fitriani:
Apa sebenarnya bedanya para dewa dengan powernow?
Pak Prof. Marsigit:
Sebagai ilstrasi beliau menyampaikan bahwa ayam adalah dewanya cacing, cacing dewanya tanah sebab cacing makan tanah. Selanjutnya beliau mencontohkan diri kita adalah dewa bagi adik kita masing-masing serta Pak Marsigi adalah dewa bagi mahasiswa PMAT kelas A, dst. Maka yang dimaksud dengan dewa adalah subjek. Sebagai contoh tambahan beliau menyampaikan bahwa mahsiswa dan dosen memiliki dewa yang namanya Mentri.
Beliau menegaskan bahwa Maka didunia ini amerika adalah negara dewa seperti halnya cina dan rusia, sedangkan indonesia adalah daksa, sebab indonesia tidak memiliki kekuatan apapun dibandingkan  ketiga negera ini. Jika dewa ini diturunkan pada kajian sosial politik maka jadilah powernow. Istilah powernow ini dibuat oleh mereka sendiri dengan struktur dari yang terkecil dimulai dari arkaek, tribal, tradisional, fiodal, moderen, post moderen, postmo (kontenporer). Dalam zaman kontenporer ini yang bertindak sebagai dewa adalah sang powernow yang memiliki kekuasaan seperti Amerika dengan Barack Obama sebagai dewanya.
Kemudian beliau menyampaikan bahwa ketika seseorang yang ingin menemui dewanya harus bisa membawa sesajen agar sang dewa senang dan memberikan sesuatu.  Maka setiap yang bertemu dengan pemimpin sang powernow harus memberikan tawaran yang menarik agar sang powernow memberikan sesuatu kepada sang tamu yang hendak bertemu tersebut, sebagai contoh yaitu investasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, indonesia tidak akan bisa duduk sejajar dengan amerika sebab amerika memiliki kekuasaan dan mampu mengatur dunia.  
Mba Nur Afni:
Apa bedanya para dewa dengan powernow dan superpower?
Pak Prof. Marsigit:
Beliau menjelaskan bahwa powernow memiliki kekuatan besar dan wajahnya banyak. Setiap yang dilakukan oleh superpowar atau dalam perwayangan dilakukan oleh praburafana merupakan punya banyak muka (dasa muka). Dasa muka ini sudah menjukan sesuatu yang memiliki standar ganda.  Ini merupakan bentuk manipulasi terhadap ruang dan waktu.
Oleh karena itu, menurut beliau ketika bangsa kita bergaul dengan superpower seperti amerika dan lain sebagainya mereka selalu menerapkan standar ganda. Standar ganda ini bermaksud satu sisi membantu dan satu sisi mengambil keuntungan. Bahkan bukan hanya standar ganda akan tetapi sudah termaksud standar jamak, dimana dalam perwayangan sudah ditunjukan oleh dasa muka, praburawan. Biasanya orang yang seperti diilustrasikan dalam tokoh perwayangan tersebut identik dengan tokoh yang jahat. Sedangkan secara positif  standar ganda sebagai suatu kebaikan.  
Satu hal pesan yang saya sangat pahami adalah ketika beliau menceritakan tentang filosofi hanoman dalam pewayangan. Anom diartikan sebagai yang muda, maka filsafat perwayangan menganggap bahwa orang muda memiliki peranan untuk  memegang masa depan, karena inilah tokoh hanoman tidak dimatika akan tetapi diberi kekuatan/kesaktian. Kemudian beliau menegaskan inilah sesungguhnya harapan orang tua kepada kita para pemuda seperti halnya hanoman yaitu mampu memegang amanah demi masa depan.
Bu Retno Kusuma D:
Bagaimana filsafat memaknai perbedaan keyakinan?
Pak Prof. Marsigit:
Menurut beliau, perbedaan agama itu berdimensi dimulai dari material, formal, normatif dan spritual. Maka untuk mensiasatinya adalah harus sesuai dengan ruang dan waktu serta dimensinya. Oleh karena itu, ketika beribadah maka setiap diri kita akan beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan kita masing-masing. Kemudian ini turun dalam bentuk ilmu bidang seperti ilmu politik, ketatanegaraan maka indonesia memiliki dasar negara yaitu pancasila. Pancasila memiliki falsafah monodualisme. Monodualism adalah menitik beratkan pada hubungan manusia dengan manusia (Hablumminanas) dan hubungan manusia dengan tuhannya(habluminaallah). Walaupun pancasila selalu dihujat dan lain sebagainya maka akan tetap relevan dengan kepribadian bangsa kita sebagai bangsa yang toleran.
Toleran bermaksud menghargai setiap perbedaan. Mengapa hal ini harus terjadi? Sebab sebenar-benar manusia turun kebumi tidak ada yang sama. Untuk mencari sebuah kesamaan maka harus disesuaikan dengan semestanya masing-masing. Maka budaya itu mencerdaskan dan mempunyai ilmu pengetahuan.

“ FILSAFAT ADALAH DIRI KITA, SERTA FILSAFAT MENGHARGAI PERBEDAAN”

Wassalamualaikum Wr. Wb




“Refleksi Ke Enam”

Dimensi Filsafat

“Socrates & Renedescrates”


Selasa tanggal 20 oktober 2015, pukul 11.10 samapi 12.50, diruangan 305b lantai tiga gedung pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta berlangsung perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan kenam dengan dosen pengampu bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada pertemuan ini adalah tes ke dua uji perkembangan dalam belajar filsafat selain itu juga diadakan dialog/pertanyaan terkait menembus ruang dan waktu kembali dalam filsafat.
Bu Retno:
Bagaimana penjelasan dari dimensi batu yang terdiri atas spritual, normatif, formatif dan material?

Pak  Marsigit:
Struktur yang disebutkan tadi dalam tes hanya merupakan sebagaian dari sekian banyak struktur dalam yang Ada dan yang Mungkin Ada.

Struktur tersebut disamping banyak dan beragama jenisnya, juga memiliki struktur. Sebagai contoh “siang dan malam” itu adalah struktur dunia dalam bentuk yang sederhana, dimana semua orang bahkan tumbuh-tumbuhan mengalaminnya.  Selain itu, struktur juga bisa berupa “Atas dan Bawah”, “kiri dan Kanan” & “jauh dan dekat”. Mengapa hal ini dikatakan struktur? Sebab berfilsafat itu adalah intensif (sedalam-dalamnya)  dan ekstensif ( seluas-luasnya).

Ketika kita mencoba untuk mengidentifikasi semua struktur maka tidak akan pernah selesai. Kita harus mengambil strukrtur yang potensial, praktis dan efisien. Sebagai contoh, semua adalah senjata. Sarung adalah senjata, batu juga senjata dan kemudian manusia membuat sejata yang lebih yang lebih potensial dan efisien seperti senjata api, bom dan lain sebagainnya.

Maka ketika kita mempelajari filsafat ada struktur yang bermanfaat, praktis dan potensial yang dapat dikembangkan yang terdiri atas material, formal, normatif dan spritual untuk menyadarkan diri kita. Maka sebenar-benar hidup adalah hidup baik dan sukses.

Indikator baik dan sukses banyak adanya maka direduksi pada umumnya dewasa ini misalkan mahasiswa yang sukses ketika mempunyai leptop, HP, dan saat ini yaitu lulus ujian.
Jika ingin sukses maka menurut filsafat harus bisa sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Akan tetapi, hal ini bukan merupakan sesuatu yang tetap tetapi sesuatu yang dinamik atau keseimbangan antara diam dan tetap atau dalam filsafat disebut menembus ruang dan waktu.
Menembus ruang dan waktu bukan hanya dilakukan yang hidup seperti manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, tetapi yang tidak hidup seperti batu juga dapat menembus ruang dan waktu sebab sadar atau tidak sadar batu juga mengikuti alur waktu serta yang dapat menyadarinya adalah subjek batu.
Bagaimana cara manusia menembus waktu? Itulah yang menjadi masalah. Untuk menembus ruang dan waktu maka kita memerlukan perbendaharaan kata. “sebenar-benar dunia adalah bahasa”. Maka dalam filsafat bahsa adalah analitik dan dunia adalah kata-kata. “sebenar-benar dunia menunjukan kata-katamu”, oleh karena itu berhati-hatilah berkata-kata.

Dunia keatas adalah spritual maka kata-kata adalah doa, jika dilihat dari sisi spritualitas. Begitu pula ketika marah, seorang pemarah itu determinism, determinis menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu yang bijaksana. Selain itu, menembus ruang dan waktu salalu berbeda.

Jika diekstensikan maka masih banyak lagi yang lainnya, seperti bilangan. Spritualmnya bilangan?, normatifnya bilangan?. Ini adalah kondisi yang berbeda dengan batu, sebab secara ontologi, batu berada diluar pikiran dan bilangan ada didalam pikiran.

Batu dan bilangan yang digunakan untuk mensimulasikan dunia, berarti bahwa filsafat dapat membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada.

Agar dapat membangun dunia maka harus memiliki keterampilan menembus ruang dan waktu. Untuk menembus waktu dengan baik dan benar maka diperlukan perbendaharaan kata. Misalnya, kata percaya.percayaan ini ada dalam hubungan antara subjek dan objek. Antara wadah dan isi dan metode yang digunakan dalam kepercayaan adalah validitas serta kepercayaan terhadap suatu data adalah validitas konstruk. Validitas isi, valitas pada karya ilmuah adalah validator.
Sebagai Pesan dari Penjelasan ini:

Ini adalah salah satu pesan yang disampaikan pak marsigit yang menurut saya luar biasa “menyadari bahwa kita belum tahu itu penting karena orang yang sombong adalah orang berasa ngerti akan tetapi belum mengerti, inilah musuh besar filsafat”. Seperti apa yang dikatakan oleh sokrates bahwa “saya tidak mengerti apa-apa dan satu-satunya yang saya mengerti adalah saya tidak mengerti apa-apa”. Inilah makna sesungguhnya filsafat mengajarkan kita untuk selalu berendah hati, menyadari diri serta mengerti apa yang kita tahu dan apa yang kita tdak tahu agar kita selalu bersyukur atas setiap nikmat yang Allah SWT berikan. Ammin.

Mba Evvy:
Bagaimana pandangan filsafat tentang ketidak percayaan terhadap orang lain?

Pak Marsigit:
Ketika berbicara maka percaya ada didalam dan ada diluar. Jika subjeknya adalah diri kita maka selali diri kita adalah objeknya dan berada diluar.

Percaya didalam hati naik ke pikiran, benar didalam pikiran turun kehati, maka dalam berfilsafat ini berati proses mencari kepastian dan mencari kebenaran, ketika mencari kepastian dan kebenaran itu maka diri telah menembus ruang dan waktu yang salah atau dapat disebut mitos, kecuali  kepastian itu sebagai keyakinan dalam spritualitas. Jika tidak maka jadilah mitos.
Mitos artinya terbatas apa yang dipikirkan kaitannya dengan urusan dunia. Itulah sebabnya dalam filsafat membongkar kepastian-kepastian itu.
Jika diturunkan keranah psikologi, interaksi antara hati dan pikiran menghasilkan interaksi, fenomena dan aktifitas.

Tidak percaya punya aliran dalam filsafat yaitu skeptisme dengan tokoh Renedscartes. Renedescartes memiliki pengalaman ketika bermimpi yang khusu, intensif dan bahkan tidak dapat membedakan ini mimpi atau nyata.
Mengapa hal ini terjadi? Karena konteksnya proses mimpi Renedescartes dimusim dingin, yang penuh salju, homogen dan tidak  ada serba-serbi kehidupan  serta yang ada hanyalah hamparan putih saju. Karena hal ini maka Renedescartes meragukan semuanya, bahkan meragukan keyakinannya terhadap tuhan. Oleh karena itu, maka Renedescartes mencoba mencari sebuah kepastian. Akan tetapi, apa yang menjadi tolak ukur kepastian? Dan siapa yang bisa menjamin bahwa dunia ini adalah bukan dunia mimpi? Sebab dalam mimpi juga terjadi proses kehidupan yang identik dengan didunia nyata.

Sebagai penutup penjelasan ini:

Kepastian yang tidak bisa dibantah menurut filsafat ialah aku sedang bertanya atau yang sedang memikirkannya sebab aku ada karena aku berpikir (kogito ergosum). Jika diekstensikan maka aku ada karena berkarya, aku ada karna menghasilkan sehingga ada konsep Ada, Mengada Dan Pengada.

“SEKIAN DAN TERIMAKSIH”
SEMOGA BERMANFAAT
   




Jumat, 30 Oktober 2015

Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan Reliabilitas
1.        Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur secara tepat apa yang seharusnya diukur. Tuckman dan Gay dalam Wagiran (2014) validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur tesebut. Linn & Gronlund dalam Heri (2014) menjelaskan validitas mengacu pada kecakupan dan kelayakan intrepretasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus. Pendapat ini diperkuat oleh messick (1989) bahwa validitas merupakan kebijakan evaluatif yang terintegrasi tentang sejauhmana fakta emperis dan alasan teoritis yang mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes. Menurut Heri (2014) validitas akan menunjukan dukungan fakta emperis dan alasan teoritis terhadap intrepretasi skor tes, dan terkait dengan kecermatan pengukuran.
Validitas itu dapat dikelompokan menjadi tiga tipe, yaaitu: (1) validias kriteria (criterion-relates), (2) validitas Isi, dan (3) validitas konstruk. Validitas ini dapat diketahui melalui fakta keberadaan validitas.
a)             Validitas Kriteria
Fernandes dalam Heri (2014) mengatakan validitas kriterian dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir sama. Berdasarkan hal tersebut maka Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua yaitu validitas prediktif (memprediksi masa depan atau waktunya jauh) dan validitas konkuren (waktunya dekat).
Validitas regresi dilakukan melalui melalui persamaan regresi. Ada dua macam regresi yakni regresi sederhana dengan presiktor hanya satu variabel saja, rumusnya adalah sebagai berikut:
Dengan merupakan hasil prediksi, b0 konstanta, b1 koefisien prediktor dan X merupakan prediktor.

Model yang kedua adalah regresi ganda, dengan prediktor lebih dari  satu variabel. Pada kasus kedua ini, digunakan jika tes terdiri atas beberapa subtes dan predikor merupakan jumlah skor total dari subtes tersebut yang berada dalam sepernagkat tes. Model regresi ganda dengan rumus sebagai berikut:
Dengan merupakan hasil prediksi, b0 konstanta, b1 koefisien prediktor pertama dan X1 merupakan prediktor pertama serta b2 koefisien prediktor kedua dan X2 merupakan prediktor kedua.
a)             Validitas Isi
Nunnally dalam Heri (2014) validitas isi suatu instrumen adalah sejauh mana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan awasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan diri perilaku yang hendak diukur. Sedangkan menurut Tuckhman dalam wagiran (2014)  validitas isi berarti juga menunjukan seberapa baik isi dari tes mewakili situasi dari subjek dimana kesimpulan akan dibuat.
Validitas isi ditentukan dengan menggunakan kesepakan para ahli. Untuk mengetahui kesepakatan para ahli dengan rumus sebagai berikut:
Dengan V adalah indeks validitas butir, s adalah skor yang ditentukan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai ( s = r-I0, dengan r = skor kategori pilihan rater dan I0 = skor terendah dalam kategori penskoran); n adalah banyaknya rater; dan c adalah banyaknya kategori yang dapat dipilh rater.
a)             Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukan sejauhmana instrumen mengungkap sesuatu kemampuan atau konstruk teoritis tertentu yang hendak diukur (Nunnlly dalam Heri, 2014). Prosedur validitas konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan  mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruksi logis  berdasarkan teori mengenai variabel tersebut.
Proses pembuktian validitas konstruk dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa konstruk instrumen memang ada dan kemudian dibuktikan hasil pengukurannya secara emperis. Analisis yang digunakan antara lain dengan analisis faktor eksploratori (Exploratory Factor analyis ,EFA) maupun konfirmstori ( Confirmatory factor analyisis, CFA) Heri (2014).  EFA digunakan ketika model pengukuran dari konstruk instrumen  masih dicari ataupun dilakukan ekspolorasi. Namun pada CFA, ketika model pengukuran telah ada teorinya, konstruk instrumen tersebut tinggal dibuktikan atau dikonfirmasi.
a.        Reliabilitas
Mehrens & Lehman dalam Heri (2014) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat keajengan (Consinstency) diantara dua buah hasi pengukuran pada objek yang sama. Reliabilitas ditunjukan dengan angka atau koefisien. Semakin tinggi koefisien menunjukan semakin tinggi reliabilitas dan menunjukan kesalahan varian minimum.
Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0> +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu reliabilitas sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
Estimasi reliabilitas tes yang dapat dilakukan dengan dua cara, baik konsistensi eksternal dan maupun konsistensi internalnya. 1. Pengukuran Konsistensi Eksternal Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Ada dua cara untuk estimasi reliabilitas eksternal suatu instrument yaitu dengan teknik ulang dan teknik paralel.
1)        Estimasi Reliabel Eksternal.
a)        Metode Tes Ulang
Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes-retes akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes-retes dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subjek pada pemberian tes pertama dengan skor subjek pada pemberian skor kedua.
a)        Metode Bentuk Paralel (Equivalen)
Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya berbeda, dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). Dalam menggunakan metode tes paralel pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan kepada sekelompok siswa yang sama. Penggunaan metode ini baik karena siswa dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor “ masih ingat-ingat soalnya” yang dalam evaluasi disebut adanya practice-effect- dan carry-over-effect. Artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah mengerjakan soal tersebut.
1)        Pengukuran Konsistensi Internal

a)        Metode Belah Dua
Dalam teknik belah dua ini, dalam pengetesan hanya menggunakan satu tes yang dicobakan satu kali kepada sejumlah subjek (sample). Item-item pada tes dibagi dua. Skor dari setengah item-item tes pada bagian yang pertama dikorelasikan dengan skor setengah item-item tes pada bagian yang kedua.
Ada dua cara membelah butir soal ini yaitu : 1) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap. 2) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separoh jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
Bebrapa cara untuk untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan metode belah dua, yaitu sebagai berikut:
[1].   Rumus Spearman-Brown
Dengan:
ri                    =  Reliabilitas Internal seluruh instrumen.
rb                   =  Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

[2].   Rumus Flanagan
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
v1               =   varians belahan pertama
v2               =   Varians belahan kedua
vt            =   Varians skor total

[3].   Rumus Rulon
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
vd               =   varians beda
d                =   skor belahan awal dikurang skor pada belahan akhir
vt            =   Varians skor total

[4].   Rumus KR. 20 (Kuder-Richardson 20)

Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
pi               =   Proporsional banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
k                =   Jumlah item dalam instrumen
s2t           =   Varians skor total
qi               =   1- pi

[5].   Rumus Kr 21

Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
M              =   mean skor total
k                =   Jumlah item dalam instrumen
s2t           =   Varians skor total

b)        Metode Non Belah Dua
Perhitungan dengan instrumen non dikotomis dapat dilakukan dengan menggunakan kaidah Cronbach Alpa. Rumus koefisien Alpa adalah sebagai berikut:

Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
k                =   Jumlah item dalam instrumen
2t          =   Varians skor total
t           =   Varians total


Sumber:
[1].   Heri, (2014), Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran, Yogyakarta: Jurnal UNY
[2].   Heri, (2014), Reliabilitas, Yogyakarta: Jurnal UNY
[3].   Wagiran, (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan (teori dan implementasi), Yogyakarta: Deepublish













Sabtu, 24 Oktober 2015

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN


Pada hari selasa tanggal 20 Oktober 2015, di ruangan PPG 1 Gedung Laboratorium FMIPA UNY berlangsung kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan pertemuan keenam dengan dosen pangampu ibu. Dr. Heri Retnawati, M.Pd. Pada pertemuan ini Hipotesis Penelitian dan Instrumen penelitian.

Tititk tolak dalam penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan defenis operasional dan selanjunya ditentukan indikator yang diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk mempermudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen.
Bentuk-Bentuk Instrumen Penelitian.
·           Instrumen Tes
1)        Pilihan ganda
2)        Menjodohkan
3)        Isian singkat
4)        Benar atau salah
5)        Uraian terstruktur (HOTS)
6)        Uraian tak terstruktur(HOTS)
·           Instrumen Non Tes
1)        Lembar Obsevasi
2)        Pedoman wawancara
3)        Angket
-        Tertutup
-        Terbuka
4)        Daftar cek
5)        Fokus Grup Diskusi


 Contoh Bentuk Instrumen Penelitian
·           Instrumen Tes
No
Kompetensi Dasar
Indikator
Sub Indikator
Soal
Skor
Pedoman Penskoran
1
1. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi/trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang – layang
2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta penggunaanya dalam pemecahan masalah 

Menyatakan ulang sebuah konsep
Menemukan kembali suatu konsep seblumnya diketahui
1.    Apa perbedaan antara segitiga dan segiempat?
0-5
1.      Segitiga adalah gabungan tiga ruas garis yang berpotongan dititik-titik ujungnya 1sedangkan segiempat adalah gabungan empat ruas garis yang berpotongan dititik-titik ujunngnya.2

Marking scheme:
Ada 2 poin, masing-masing kata kunci bernilai 2,5 poin

·           Instrumen Non Tes (angket)

No
Aspek
Indikator
Sub IndikatorBentuk
Butir Pertanyaan
Respon
SS
S
KK
JR
TP
1
Ketekunan
Kehadiran siswa
Siswa selalu hadir tepat waktu
a.       Saya selalu datang 15 menit sebelum bel apel pagi. (+)





b.      Saya memasuki kelas untuk belajar setelah guru ada dalam kelas.  (-)