Jumat, 30 Oktober 2015

Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan Reliabilitas
1.        Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur secara tepat apa yang seharusnya diukur. Tuckman dan Gay dalam Wagiran (2014) validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur tesebut. Linn & Gronlund dalam Heri (2014) menjelaskan validitas mengacu pada kecakupan dan kelayakan intrepretasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus. Pendapat ini diperkuat oleh messick (1989) bahwa validitas merupakan kebijakan evaluatif yang terintegrasi tentang sejauhmana fakta emperis dan alasan teoritis yang mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes. Menurut Heri (2014) validitas akan menunjukan dukungan fakta emperis dan alasan teoritis terhadap intrepretasi skor tes, dan terkait dengan kecermatan pengukuran.
Validitas itu dapat dikelompokan menjadi tiga tipe, yaaitu: (1) validias kriteria (criterion-relates), (2) validitas Isi, dan (3) validitas konstruk. Validitas ini dapat diketahui melalui fakta keberadaan validitas.
a)             Validitas Kriteria
Fernandes dalam Heri (2014) mengatakan validitas kriterian dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir sama. Berdasarkan hal tersebut maka Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua yaitu validitas prediktif (memprediksi masa depan atau waktunya jauh) dan validitas konkuren (waktunya dekat).
Validitas regresi dilakukan melalui melalui persamaan regresi. Ada dua macam regresi yakni regresi sederhana dengan presiktor hanya satu variabel saja, rumusnya adalah sebagai berikut:
Dengan merupakan hasil prediksi, b0 konstanta, b1 koefisien prediktor dan X merupakan prediktor.

Model yang kedua adalah regresi ganda, dengan prediktor lebih dari  satu variabel. Pada kasus kedua ini, digunakan jika tes terdiri atas beberapa subtes dan predikor merupakan jumlah skor total dari subtes tersebut yang berada dalam sepernagkat tes. Model regresi ganda dengan rumus sebagai berikut:
Dengan merupakan hasil prediksi, b0 konstanta, b1 koefisien prediktor pertama dan X1 merupakan prediktor pertama serta b2 koefisien prediktor kedua dan X2 merupakan prediktor kedua.
a)             Validitas Isi
Nunnally dalam Heri (2014) validitas isi suatu instrumen adalah sejauh mana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan awasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan diri perilaku yang hendak diukur. Sedangkan menurut Tuckhman dalam wagiran (2014)  validitas isi berarti juga menunjukan seberapa baik isi dari tes mewakili situasi dari subjek dimana kesimpulan akan dibuat.
Validitas isi ditentukan dengan menggunakan kesepakan para ahli. Untuk mengetahui kesepakatan para ahli dengan rumus sebagai berikut:
Dengan V adalah indeks validitas butir, s adalah skor yang ditentukan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai ( s = r-I0, dengan r = skor kategori pilihan rater dan I0 = skor terendah dalam kategori penskoran); n adalah banyaknya rater; dan c adalah banyaknya kategori yang dapat dipilh rater.
a)             Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukan sejauhmana instrumen mengungkap sesuatu kemampuan atau konstruk teoritis tertentu yang hendak diukur (Nunnlly dalam Heri, 2014). Prosedur validitas konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan  mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruksi logis  berdasarkan teori mengenai variabel tersebut.
Proses pembuktian validitas konstruk dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa konstruk instrumen memang ada dan kemudian dibuktikan hasil pengukurannya secara emperis. Analisis yang digunakan antara lain dengan analisis faktor eksploratori (Exploratory Factor analyis ,EFA) maupun konfirmstori ( Confirmatory factor analyisis, CFA) Heri (2014).  EFA digunakan ketika model pengukuran dari konstruk instrumen  masih dicari ataupun dilakukan ekspolorasi. Namun pada CFA, ketika model pengukuran telah ada teorinya, konstruk instrumen tersebut tinggal dibuktikan atau dikonfirmasi.
a.        Reliabilitas
Mehrens & Lehman dalam Heri (2014) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat keajengan (Consinstency) diantara dua buah hasi pengukuran pada objek yang sama. Reliabilitas ditunjukan dengan angka atau koefisien. Semakin tinggi koefisien menunjukan semakin tinggi reliabilitas dan menunjukan kesalahan varian minimum.
Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0> +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu reliabilitas sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
Estimasi reliabilitas tes yang dapat dilakukan dengan dua cara, baik konsistensi eksternal dan maupun konsistensi internalnya. 1. Pengukuran Konsistensi Eksternal Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Ada dua cara untuk estimasi reliabilitas eksternal suatu instrument yaitu dengan teknik ulang dan teknik paralel.
1)        Estimasi Reliabel Eksternal.
a)        Metode Tes Ulang
Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes-retes akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes-retes dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subjek pada pemberian tes pertama dengan skor subjek pada pemberian skor kedua.
a)        Metode Bentuk Paralel (Equivalen)
Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya berbeda, dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). Dalam menggunakan metode tes paralel pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan kepada sekelompok siswa yang sama. Penggunaan metode ini baik karena siswa dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor “ masih ingat-ingat soalnya” yang dalam evaluasi disebut adanya practice-effect- dan carry-over-effect. Artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah mengerjakan soal tersebut.
1)        Pengukuran Konsistensi Internal

a)        Metode Belah Dua
Dalam teknik belah dua ini, dalam pengetesan hanya menggunakan satu tes yang dicobakan satu kali kepada sejumlah subjek (sample). Item-item pada tes dibagi dua. Skor dari setengah item-item tes pada bagian yang pertama dikorelasikan dengan skor setengah item-item tes pada bagian yang kedua.
Ada dua cara membelah butir soal ini yaitu : 1) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap. 2) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separoh jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
Bebrapa cara untuk untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan metode belah dua, yaitu sebagai berikut:
[1].   Rumus Spearman-Brown
Dengan:
ri                    =  Reliabilitas Internal seluruh instrumen.
rb                   =  Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

[2].   Rumus Flanagan
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
v1               =   varians belahan pertama
v2               =   Varians belahan kedua
vt            =   Varians skor total

[3].   Rumus Rulon
Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
vd               =   varians beda
d                =   skor belahan awal dikurang skor pada belahan akhir
vt            =   Varians skor total

[4].   Rumus KR. 20 (Kuder-Richardson 20)

Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
pi               =   Proporsional banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
k                =   Jumlah item dalam instrumen
s2t           =   Varians skor total
qi               =   1- pi

[5].   Rumus Kr 21

Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
M              =   mean skor total
k                =   Jumlah item dalam instrumen
s2t           =   Varians skor total

b)        Metode Non Belah Dua
Perhitungan dengan instrumen non dikotomis dapat dilakukan dengan menggunakan kaidah Cronbach Alpa. Rumus koefisien Alpa adalah sebagai berikut:

Dengan:
r11              =   Reliabilitas Instrumen
k                =   Jumlah item dalam instrumen
2t          =   Varians skor total
t           =   Varians total


Sumber:
[1].   Heri, (2014), Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran, Yogyakarta: Jurnal UNY
[2].   Heri, (2014), Reliabilitas, Yogyakarta: Jurnal UNY
[3].   Wagiran, (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan (teori dan implementasi), Yogyakarta: Deepublish













0 komentar:

Posting Komentar