Validitas dan Reliabilitas
1.
Validitas
Validitas
berhubungan dengan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur secara tepat apa
yang seharusnya diukur. Tuckman dan Gay dalam Wagiran (2014) validitas
berkaitan dengan ketepatan alat ukur tesebut. Linn
& Gronlund dalam Heri (2014) menjelaskan validitas mengacu pada kecakupan
dan kelayakan intrepretasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan
penggunaan khusus. Pendapat ini diperkuat oleh messick (1989) bahwa validitas merupakan
kebijakan evaluatif yang terintegrasi tentang sejauhmana fakta emperis dan
alasan teoritis yang mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan
berdasarkan skor tes. Menurut Heri (2014) validitas akan menunjukan dukungan
fakta emperis dan alasan teoritis terhadap intrepretasi skor tes, dan terkait
dengan kecermatan pengukuran.
Validitas itu dapat dikelompokan menjadi tiga tipe, yaaitu: (1)
validias kriteria (criterion-relates), (2)
validitas Isi, dan (3) validitas konstruk. Validitas ini dapat diketahui
melalui fakta keberadaan validitas.
a)
Validitas Kriteria
Fernandes dalam Heri (2014) mengatakan validitas kriterian
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan
peserta di masa mendatang atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain
dengan tenggang waktu yang hampir sama. Berdasarkan hal tersebut maka Validitas
berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua yaitu validitas prediktif (memprediksi
masa depan atau waktunya jauh) dan validitas konkuren (waktunya dekat).
Validitas regresi dilakukan melalui melalui persamaan regresi. Ada
dua macam regresi yakni regresi sederhana dengan presiktor hanya satu variabel
saja, rumusnya adalah sebagai berikut:
Dengan
merupakan hasil prediksi, b0 konstanta, b1
koefisien prediktor dan X merupakan prediktor.
Model yang kedua adalah regresi ganda, dengan prediktor lebih
dari satu variabel. Pada kasus kedua
ini, digunakan jika tes terdiri atas beberapa subtes dan predikor merupakan
jumlah skor total dari subtes tersebut yang berada dalam sepernagkat tes. Model
regresi ganda dengan rumus sebagai berikut:
Dengan
merupakan hasil prediksi, b0 konstanta, b1
koefisien prediktor pertama dan X1 merupakan prediktor pertama serta
b2 koefisien prediktor kedua dan X2 merupakan prediktor
kedua.
a)
Validitas Isi
Nunnally dalam Heri (2014) validitas isi suatu instrumen adalah
sejauh mana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam
keseluruhan awasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu
mencerminkan diri perilaku yang hendak diukur. Sedangkan menurut Tuckhman dalam
wagiran (2014) validitas isi berarti
juga menunjukan seberapa baik isi dari tes mewakili situasi dari subjek dimana
kesimpulan akan dibuat.
Validitas
isi ditentukan dengan menggunakan kesepakan para ahli. Untuk mengetahui
kesepakatan para ahli dengan rumus sebagai berikut:
Dengan V adalah indeks validitas butir, s adalah skor yang ditentukan setiap
rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai ( s = r-I0,
dengan r = skor kategori pilihan rater dan I0 = skor terendah dalam
kategori penskoran); n adalah
banyaknya rater; dan c adalah
banyaknya kategori yang dapat dipilh rater.
a)
Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukan sejauhmana
instrumen mengungkap sesuatu kemampuan atau konstruk teoritis tertentu yang
hendak diukur (Nunnlly dalam Heri, 2014). Prosedur validitas konstruk diawali
dari suatu identifikasi dan batasan
mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk
konstruksi logis berdasarkan teori
mengenai variabel tersebut.
Proses pembuktian validitas konstruk dapat dilakukan dengan
membuktikan bahwa konstruk instrumen memang ada dan kemudian dibuktikan hasil
pengukurannya secara emperis. Analisis yang digunakan antara lain dengan
analisis faktor eksploratori (Exploratory
Factor analyis ,EFA) maupun konfirmstori ( Confirmatory factor analyisis, CFA) Heri (2014). EFA digunakan ketika model pengukuran dari
konstruk instrumen masih dicari ataupun
dilakukan ekspolorasi. Namun pada CFA, ketika model pengukuran telah ada
teorinya, konstruk instrumen tersebut tinggal dibuktikan atau dikonfirmasi.
a.
Reliabilitas
Mehrens
& Lehman dalam Heri (2014) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat
keajengan (Consinstency) diantara dua
buah hasi pengukuran pada objek yang sama. Reliabilitas ditunjukan dengan angka
atau koefisien. Semakin tinggi koefisien menunjukan semakin tinggi reliabilitas
dan menunjukan kesalahan varian minimum.
Reliabilitas
suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang
besarnya -1 > 0> +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi.
Sebaliknya, jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika
suatu reliabilitas sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau
-1.
Estimasi
reliabilitas tes yang dapat dilakukan dengan dua cara, baik konsistensi
eksternal dan maupun konsistensi internalnya. 1. Pengukuran Konsistensi
Eksternal Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil
pengetesan yang berbeda, baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama.
Ada dua cara untuk estimasi reliabilitas eksternal suatu instrument yaitu
dengan teknik ulang dan teknik paralel.
1)
Estimasi
Reliabel Eksternal.
a)
Metode
Tes Ulang
Estimasi
reliabilitas dengan pendekatan tes-retes akan menghasilkan koefisien
stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan
tes-retes dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linier antara
distribusi skor subjek pada pemberian tes pertama dengan skor subjek pada
pemberian skor kedua.
a)
Metode
Bentuk Paralel (Equivalen)
Tes
paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan,
tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya berbeda, dalam istilah
bahasa Inggris disebut alternate-forms
method (parallel forms). Dalam menggunakan metode tes paralel pengetes
harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan kepada sekelompok
siswa yang sama. Penggunaan metode ini baik karena siswa dihadapkan kepada dua
macam tes sehingga tidak ada faktor “ masih ingat-ingat soalnya” yang dalam
evaluasi disebut adanya practice-effect- dan
carry-over-effect. Artinya ada faktor
yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah mengerjakan soal tersebut.
1)
Pengukuran
Konsistensi Internal
a)
Metode
Belah Dua
Dalam
teknik belah dua ini, dalam pengetesan hanya menggunakan satu tes yang
dicobakan satu kali kepada sejumlah subjek (sample). Item-item pada tes dibagi
dua. Skor dari setengah item-item tes pada bagian yang pertama dikorelasikan
dengan skor setengah item-item tes pada bagian yang kedua.
Ada
dua cara membelah butir soal ini yaitu : 1) Membelah atas item-item genap dan
item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap. 2) Membelah
atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separoh jumlah pada nomor-nomor
awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan
awal-akhir.
Bebrapa
cara untuk untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan metode belah dua,
yaitu sebagai berikut:
[1].
Rumus
Spearman-Brown
Dengan:
ri = Reliabilitas Internal seluruh instrumen.
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama
dan kedua.
[2].
Rumus
Flanagan
Dengan:
r11 = Reliabilitas
Instrumen
v1 = varians
belahan pertama
v2 = Varians
belahan kedua
vt =
Varians skor total
[3].
Rumus
Rulon
Dengan:
r11 = Reliabilitas
Instrumen
vd = varians
beda
d = skor
belahan awal dikurang skor pada belahan akhir
vt =
Varians skor total
[4].
Rumus
KR. 20 (Kuder-Richardson 20)
Dengan:
r11 = Reliabilitas
Instrumen
pi = Proporsional
banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
k = Jumlah
item dalam instrumen
s2t =
Varians skor total
qi = 1- pi
[5].
Rumus
Kr 21
Dengan:
r11 = Reliabilitas
Instrumen
M = mean
skor total
k = Jumlah
item dalam instrumen
s2t =
Varians skor total
b)
Metode
Non Belah Dua
Perhitungan
dengan instrumen non dikotomis dapat dilakukan dengan menggunakan kaidah
Cronbach Alpa. Rumus koefisien Alpa adalah sebagai berikut:
Dengan:
r11 = Reliabilitas
Instrumen
k = Jumlah
item dalam instrumen
Sumber:
[1]. Heri, (2014), Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran, Yogyakarta: Jurnal UNY
[2]. Heri, (2014), Reliabilitas, Yogyakarta: Jurnal UNY
[3]. Wagiran, (2014),
Metodologi Penelitian Pendidikan (teori
dan implementasi), Yogyakarta: Deepublish
0 komentar:
Posting Komentar