CANDI SAMBISARI

PERJALANAN KELAS A PASCA PEND. MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

DISKUSI PARA PENCARI ILMU

GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

FOTO BERSAMA KELUARGA

BAPAK, MAMA, SAYA, DAN ADIKKU ATUL.

Pelataran Kantor Gubernur SULTRA

Bersama IMALUDIN AGUS, ADITIAN YUDIANTARA, NUR ISRA RASID, INDAH MAWARNI GAFUR dan HASRA

KELAS PASCA UNY

PROSES BERELEGI KELAS A PASCA PMAT UNY.

MALIOBORO

JETIS KOMUNITI BERSAMA WAWAN, ARUL DAN UMAR.

Minggu, 21 Februari 2016

“KETAKHINGGAN (INFINITY)”/PORTOFOLIO 1

MATEMATIKA MODEL
(TUGAS PORTOFOLIO)
“KETAKHINGGAN (INFINITY)






Oleh:

IMALUDIN AGUS
NIM.15709251038



Tugas ini ditulis Sebagai Tugas Mingguan Mata Kuliah Matematika Model dengan Dosen Pengampu Bapak. Prof. Dr. Marsigit, MA.




PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016




Ketakhinggan (Infinity)

Matematika merupakan ilmu yang syarat akan symbol. Matematika memiliki banyak symbol yang didefinisikan secara jelas untuk setiap pemaknaanya. Oleh karena banyaknya symbol dengan makna yang berbeda dalam matematika, maka inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa matematika sulit dipahami oleh setiap yang awam dalam matematika.
Salah satu simbol yang menarik untuk dibahas dalam matematika adalah tak hingga (Infinity) atau biasa dinotasikan dengan ∞. Tak hingga (Infinity) adalah sebuah konsep abstrak yang menggambarkan sesuatu yang tanpa batas dan relevan dalam sejumlah bidang, terutama matematika dan fisika. Selain itu, pendapat lain juga mengungkapkan bahwa tak hingga ialah tiap bilangan (kecuali 0) yang dibagi oleh 0 sehingga bernilai tak hingga.
Sejarah tak hingga (Infinity) dimulai pada masa awal yunani. Tak hingga (Infinity) diperkenalkan oleh salah satu filsuf yang bernama Anaximander. Dia mengungkapkan kata “apeiron” yang berarti tak terbatas. Akan tetapi, awal pembuktian tak hingga (Infinity) matematika dilakukan oleh Zeno dari Elea (C 490 SM- C 430 SM). Seorang filsuf yunani pra sokrates dari selatan italia dan anggota Eleatic sekolah yang didirikan oleh Paramenides.[1]
Aristoteles memanggilnya penemu dialektika. Dia terkenal karena paradoksnya yaitu paradox Achilles dan kura-kura. Paradox ini terkenal karena orang yunani gagal menjelaskan paradox ini. Zeno menganalogikan paradox ini dengan membayangkan lomba lari Achilles dan seekor kura-kura. Keduanya dianggap lari dengan kecepatan konstan dan kura-kura sudah tentu jauh lebih lambat. Untuk ittu, si kura-kura diberi keuntungan dengan start awal didepan, katakanlah 10 m (titik dimana kura-kura mulai). Tetapi si kura-kura ini juga pasti sudah melangkah maju jauh lebih lambat memang, katakanlah dia baru melangkah 1 meter. Beberapa saat kemudian Archilles berada dititik 11 m, tetapi sikura-kura sudah melangkah maju sebesar 0,1 m. Demikian seterusnya setiap kali Achilles berada pada titik dimana kura-kura sebelumnya berada si kura-kura sudah melangkah lebih maju. Artinya secepat apapun Achilles, tidak akan pernah mendahului kura-kura.
Kasus tersebut diatas, dapat terpecahkan setelah pada awal abad ke 17 juga para ahli matematika telah menangani deret tak hingga diantaranya adalah Rene Deskrates (1596-1650). Descartes telah memecahkan kebuntuan dari beberapa abad, yakni dapat menjelaskan paradox Zeno secara memuaskan dengan menggunakan limit jumlah deret tak hingga. Berdasarkan formula tersebut, maka diperoleh jarak yang diperlukan oleh Achilles untuk menyusul kura-kura yang membentuk deret geometri tak hingga: [2]
10 + 0.1 + 0.01 + ….
Dengan rasio perbandingan r = 0.1.
Pembangian bilangan tak hingga dalam matematika dilakukan pada tahun (abad 3 - 4 SM) oleh India Surya Prajnapti, dimana bilangan diklasifikasikan menjadi 3 bagian yakni:
1.      Dapat dihitung, terendah, menengah dan tinggi
Contoh:
Himpunan bilangan asli yang kurang dari 5 (1,2,3,4)
2.      Tak terhitung, hampir tak terhitung, benar-benar tak terhitung dan tak terhitung banyak
Contoh:
Himpuan semua bilangan asli (1,2,3,4…)
3.      Tak Terbatas, yang tidak terbatas, tak terhingga
Contoh:
Selain itu, untuk penggunaan notasi ∞ pertama kali dilakukan oleh John Wallis pada Abad 17. Wallis menuliskan suatu formula yaitu suatu bilangan yang dibagi oleh nol (0) selain nol itu sendiri memiliki hasil tak hingga atau dalam matematikanya adalah sebagai berikut :
.[3]
Pandangan lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Santo Agustinus dan Immanuel Kant, dimana Agustinus mengemukakan bahwa tak hingga sesungguhnya lebih banyak bersifat keagamaan sedangkan kant mengatakan ketakhinggan menyangkut ruang, waktu, serba terus, diskrit, sebab-akibat, dan kebetulan.
Setelah membahas mengenai asal mula adanya istilah tak hingga (Infinityf), maka muncul sebuah pertanyaan dari mana munculnya notasi tak hingga (Infinityf) yakni “∞”? Notasi “∞” diperkirakan berasal dari varian pada Ouroboros klasik. Ouroboros merupakan siklus abadi hidup dan tak terbatas, konsep keabadian dan kembali abadi, dan merupakan siklus hidup, kematian, dan kelahiran kembali seperti phonenix. [4]



[1] http://www.slideshare.net/ratumugita/materi-50349096
[2] Ibid
[3] http://kopicopi.blogspot.co.id/2014/01/penemu-simbol-bilangan-tak-terhingga.html
[4] http://klinikunique.blogspot.co.id/2011/08/ouroboros-makna-dari-salah-satu-simbol.html