Sabtu, 31 Oktober 2015

“Refleksi Ke Enam”

Dimensi Filsafat

“Socrates & Renedescrates”


Selasa tanggal 20 oktober 2015, pukul 11.10 samapi 12.50, diruangan 305b lantai tiga gedung pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta berlangsung perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan kenam dengan dosen pengampu bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada pertemuan ini adalah tes ke dua uji perkembangan dalam belajar filsafat selain itu juga diadakan dialog/pertanyaan terkait menembus ruang dan waktu kembali dalam filsafat.
Bu Retno:
Bagaimana penjelasan dari dimensi batu yang terdiri atas spritual, normatif, formatif dan material?

Pak  Marsigit:
Struktur yang disebutkan tadi dalam tes hanya merupakan sebagaian dari sekian banyak struktur dalam yang Ada dan yang Mungkin Ada.

Struktur tersebut disamping banyak dan beragama jenisnya, juga memiliki struktur. Sebagai contoh “siang dan malam” itu adalah struktur dunia dalam bentuk yang sederhana, dimana semua orang bahkan tumbuh-tumbuhan mengalaminnya.  Selain itu, struktur juga bisa berupa “Atas dan Bawah”, “kiri dan Kanan” & “jauh dan dekat”. Mengapa hal ini dikatakan struktur? Sebab berfilsafat itu adalah intensif (sedalam-dalamnya)  dan ekstensif ( seluas-luasnya).

Ketika kita mencoba untuk mengidentifikasi semua struktur maka tidak akan pernah selesai. Kita harus mengambil strukrtur yang potensial, praktis dan efisien. Sebagai contoh, semua adalah senjata. Sarung adalah senjata, batu juga senjata dan kemudian manusia membuat sejata yang lebih yang lebih potensial dan efisien seperti senjata api, bom dan lain sebagainnya.

Maka ketika kita mempelajari filsafat ada struktur yang bermanfaat, praktis dan potensial yang dapat dikembangkan yang terdiri atas material, formal, normatif dan spritual untuk menyadarkan diri kita. Maka sebenar-benar hidup adalah hidup baik dan sukses.

Indikator baik dan sukses banyak adanya maka direduksi pada umumnya dewasa ini misalkan mahasiswa yang sukses ketika mempunyai leptop, HP, dan saat ini yaitu lulus ujian.
Jika ingin sukses maka menurut filsafat harus bisa sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Akan tetapi, hal ini bukan merupakan sesuatu yang tetap tetapi sesuatu yang dinamik atau keseimbangan antara diam dan tetap atau dalam filsafat disebut menembus ruang dan waktu.
Menembus ruang dan waktu bukan hanya dilakukan yang hidup seperti manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, tetapi yang tidak hidup seperti batu juga dapat menembus ruang dan waktu sebab sadar atau tidak sadar batu juga mengikuti alur waktu serta yang dapat menyadarinya adalah subjek batu.
Bagaimana cara manusia menembus waktu? Itulah yang menjadi masalah. Untuk menembus ruang dan waktu maka kita memerlukan perbendaharaan kata. “sebenar-benar dunia adalah bahasa”. Maka dalam filsafat bahsa adalah analitik dan dunia adalah kata-kata. “sebenar-benar dunia menunjukan kata-katamu”, oleh karena itu berhati-hatilah berkata-kata.

Dunia keatas adalah spritual maka kata-kata adalah doa, jika dilihat dari sisi spritualitas. Begitu pula ketika marah, seorang pemarah itu determinism, determinis menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu yang bijaksana. Selain itu, menembus ruang dan waktu salalu berbeda.

Jika diekstensikan maka masih banyak lagi yang lainnya, seperti bilangan. Spritualmnya bilangan?, normatifnya bilangan?. Ini adalah kondisi yang berbeda dengan batu, sebab secara ontologi, batu berada diluar pikiran dan bilangan ada didalam pikiran.

Batu dan bilangan yang digunakan untuk mensimulasikan dunia, berarti bahwa filsafat dapat membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada.

Agar dapat membangun dunia maka harus memiliki keterampilan menembus ruang dan waktu. Untuk menembus waktu dengan baik dan benar maka diperlukan perbendaharaan kata. Misalnya, kata percaya.percayaan ini ada dalam hubungan antara subjek dan objek. Antara wadah dan isi dan metode yang digunakan dalam kepercayaan adalah validitas serta kepercayaan terhadap suatu data adalah validitas konstruk. Validitas isi, valitas pada karya ilmuah adalah validator.
Sebagai Pesan dari Penjelasan ini:

Ini adalah salah satu pesan yang disampaikan pak marsigit yang menurut saya luar biasa “menyadari bahwa kita belum tahu itu penting karena orang yang sombong adalah orang berasa ngerti akan tetapi belum mengerti, inilah musuh besar filsafat”. Seperti apa yang dikatakan oleh sokrates bahwa “saya tidak mengerti apa-apa dan satu-satunya yang saya mengerti adalah saya tidak mengerti apa-apa”. Inilah makna sesungguhnya filsafat mengajarkan kita untuk selalu berendah hati, menyadari diri serta mengerti apa yang kita tahu dan apa yang kita tdak tahu agar kita selalu bersyukur atas setiap nikmat yang Allah SWT berikan. Ammin.

Mba Evvy:
Bagaimana pandangan filsafat tentang ketidak percayaan terhadap orang lain?

Pak Marsigit:
Ketika berbicara maka percaya ada didalam dan ada diluar. Jika subjeknya adalah diri kita maka selali diri kita adalah objeknya dan berada diluar.

Percaya didalam hati naik ke pikiran, benar didalam pikiran turun kehati, maka dalam berfilsafat ini berati proses mencari kepastian dan mencari kebenaran, ketika mencari kepastian dan kebenaran itu maka diri telah menembus ruang dan waktu yang salah atau dapat disebut mitos, kecuali  kepastian itu sebagai keyakinan dalam spritualitas. Jika tidak maka jadilah mitos.
Mitos artinya terbatas apa yang dipikirkan kaitannya dengan urusan dunia. Itulah sebabnya dalam filsafat membongkar kepastian-kepastian itu.
Jika diturunkan keranah psikologi, interaksi antara hati dan pikiran menghasilkan interaksi, fenomena dan aktifitas.

Tidak percaya punya aliran dalam filsafat yaitu skeptisme dengan tokoh Renedscartes. Renedescartes memiliki pengalaman ketika bermimpi yang khusu, intensif dan bahkan tidak dapat membedakan ini mimpi atau nyata.
Mengapa hal ini terjadi? Karena konteksnya proses mimpi Renedescartes dimusim dingin, yang penuh salju, homogen dan tidak  ada serba-serbi kehidupan  serta yang ada hanyalah hamparan putih saju. Karena hal ini maka Renedescartes meragukan semuanya, bahkan meragukan keyakinannya terhadap tuhan. Oleh karena itu, maka Renedescartes mencoba mencari sebuah kepastian. Akan tetapi, apa yang menjadi tolak ukur kepastian? Dan siapa yang bisa menjamin bahwa dunia ini adalah bukan dunia mimpi? Sebab dalam mimpi juga terjadi proses kehidupan yang identik dengan didunia nyata.

Sebagai penutup penjelasan ini:

Kepastian yang tidak bisa dibantah menurut filsafat ialah aku sedang bertanya atau yang sedang memikirkannya sebab aku ada karena aku berpikir (kogito ergosum). Jika diekstensikan maka aku ada karena berkarya, aku ada karna menghasilkan sehingga ada konsep Ada, Mengada Dan Pengada.

“SEKIAN DAN TERIMAKSIH”
SEMOGA BERMANFAAT
   




0 komentar:

Posting Komentar