HUBUNGAN
PERHATIAN ORANG TUA,MOTIVASI BELAJAR, DAN KECEMASAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
Kajian
Teori
A.
Perhatian
Orang Tua
Coleman,Bradley, Mayer & Mclanahan
(Tsui, 2005, p.337) “researcher have found that regardless of family income,
high parental attention to and effort toward their children’s education help
raise children’s academic achievement”. Schenider & Coleman (Kraaykamp.
2000, p.180) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “direct interest and
attention of parents for the performance
of children in school is also an important indicator for the ultimate rich
school success”. Minat dan perhatian orangtua terhadap kinerja anak di
sekolah
merupakan indikator penting dalam sukses anak di sekola. Keluarga
sebagai lembaga pendidikan informal, merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga, yang dalam hal ini orangtua memiliki pengaruh terhadap
prestasi belajar anaknya (Houtenville & Conway, 2007, p.1).
Di dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Bab
IV pasal 7 juga disebutkan bahwa “Orang tua dari anak usia wajib belajar,
berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”. Perhatian orangtua
terhadap pendidikan yang dimaksud adalah segala bentuk usaha, dorongan, keterlibatan
orangtua dalam kegiatan belajar anak baik di rumah maupun di sekolah.
Keterlibatan orangtua dalam memberikan pembimbingan belajar bagi anak dan juga
menyediakan fasilitas belajar terutama buku-buku pelajaran serta dorongan untuk
lebih menggiatkan anak belajar. Sekolah dan rumah, dalam hal ini orang tua
memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang positif dapat dipengaruhi oleh jaringan sosial dan kelas sosial orangtua.
Jaringan sosial yang dimiliki orangtua dapat mempengaruhi sikap dan kepercayaan
terhadap sekolah.
Berdasarkan uraian diatas makan
perhatian orang tua adalah segala usaha, dorongan, keterlibatan orangtua dalam
proses belajar mengajar baik disekolah maupun dirumah yang mendukung
peningkatan prestasi belajar siswa. Komponen yang akan diukur dalam penelitian berdasarkan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 yaitu
komponen usaha, dorongan dan keterlibatan orang tua.
A.
Motivasi
Belajar
Menurut Schunk (Terjemahan 2012, p.492)
“teori motivasi berprestasi berpengaruh bagi pengajaran dan pembelajaran”.
Schunk et al (2010: 4) juga menambahkan “Motivation is the process whereby
goal-directed activity is instigated and sustained”. Motivasi adalah proses dimana kegiatan tujuan diarahkan
untuk menghasut/mendorong dan mendukung.
Fenomena yang terjadi di sekolah maupun di masyarakat yang terkait
dengan motivasi ini antara lain siswa yang telat masuk sekolah, siswa yang
rajin datang ke sekolah namun enggan untuk belajar, masih ada siswa yang suka
membolos, siswa yang mengantuk di kelas dan lain sebagainya.
Buck (1988:5) mengemukakan “ as the control of behavior; that is, the
proces by which behavior is activated and directed to warard some definebel
goal”. Maksudnya bahwa motivasi mempunyai peranan sebagai pengontrol tingah laku. Menurut Davies (1991)
motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi didalam diri seseorang yang mendorong
orang tersebut untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.
Berdasarkan uraian tersebut maka
Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam belajar yang muncul oleh
adanya ransangan-ransangan baik dari dalam diri seseoran maupun diluar diri
seseorang yang dapat dilihat pada ketekunan dan usaha yang didorong oleh hasrat
belajar untuk mencapai hasil atau prestasi belajar sebaik mungkin. Jadi indikator
yang akan diukur dalam penelitian ini terdiri atas dua komponen yaitu ketekunan
dan usaha.
B.
Kecemasan
Siswa
Kecemasan atau Bahasa
Inggrisnya “anxiety” berasal dari
bahasa latin “angustus” yang berarti
kaku dan “ango,anci” yang berarti
mencekik. Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress
yang dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan
ketakutan atau persaan gugup.
Derajat (dalam
Hartanti, 1997) menjelaskan kecemasan sebagai manifestasi dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan
perasaan (frustasi) dan pertentangan
batin (konflik). Ada beberapa jenis rasa cemas yaitu cemas akibat mengetahui
ada bahaya yang mengancam dirinya, rasa cemas berupa penyakit yang dapat
mempengaruhi keseluruhan diri pribadi.
Menurut Daryanto (1997
: 136) kecemasan merupakan salah satu atribut psikologis yang menjadi fokus
kajian di dalam dunia akademik. Sebenarnya kecemasan adalah emosi normal yang
diperlukan sehingga manusia bisa unggul. Gejala kecemasan ini tampak terlihat
ketika manusia mengalami rasa takut atau ragu-ragu. Konsep kecemasan sendiri
dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai perasaan tegang, was-was, rasa
takut, rasa khawatir dan gelisah.
Beberapa uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan
atau disertai perubahan fisiologis (misalkan gemetar, berkeringat, detak
jantung meningkat) dan psikologis (misalkan panik, tegang, bingung, tidak bisa
berkosentrasi).
Faktor-faktor yang
menunjukkan hubungan antara kecemasan dengan situasi penilaian kelas : 1)
Ketika siswa mengetahui soalnya sangat sulit, maka kegelisahan pasti meningkat,
2) Siswa yang memiliki tingkat resiko kecemasan lebih tinggi akan menyebabkan
kegelisahan bagi siswa yang lain, 3) Siswa yang menerima pujian dari guru
setelah ujian akan memiliki tingkat kegelisahan lebih rendah daripada siswa
yang tidak menerima pujian, 4) Soal tes yang telah diatur dari yang mudah ke
yang sulit akan mengurangi kegelisahan, 5) Siswa yang sering mengikuti tes
tingkat kecemasan lebih tinggi, 6) Kecemasan siswa akan lebih mudah terlihat
secara visual yaitu dengan berkurangnya aktivitas siswa, 7) Memberikan tes
sangat membuat siswa cemas, instruksikan mereka untuk memutuskan perhatian pada
soal dan berikan perhatian dengan mengatakan hal-hal yang lebih bermanfaat yang
lebih menentramkan, misalnya dengan “jangan khawatir” atau “ pasti anda bisa”,
8) Siswa dengan ketrampilan ujian yang rendah dapat menurunkan ujian kecemasan
mereka dengan latihan testwiseness.
Menurut Dacey mengenal
gejala kecemasan dapat ditinjau dari tiga komponen yaitu:
a.
Komponen psikologis : berupa
kegelisahan, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, takut, cepat terkejut.
b.
Komponen fisiologis : berupa jantung
berdebar, keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi (mudah
emosi), respon kulit terhadap aliran galvanis (sentuhan dari luar) berkurang,
gejala somatik atau fisik (otot dan sensorik), gejala Respiratori (pernapasan), Gastrointertinal
(percernaan), gejala Urogenital
(perkemihan dan kelamin).
c.
Komponen sosial : sebuah perilaku yang
ditunjukkan oleh individu dalam lingkungannya. Perilaku itu berupa : tingkah
laku (sikap) dan gangguan tidur.
Berdasarkan beberapa
pendapat tingkat kecemasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kecemasan yang akan di ukur dalam penelitian ini terdiri atas tiga komponen
yaitu komponen psikologis, komponen fisiologis dan komponen sosial.
C.
Prestasi
Belajar Siswa
Prestasi
belajar terdiri atas dua suku kata yaitu “prestasi” dan “Belajar”. Carter (2008:
467) menjelaskan prestasi sebagai “ the
mainstream achievement ideology requires individuals to take ownership of their successes and failures”. Prestasi
merupakan suatu ideologi tentang keberhasilan dan kegagalan individu. menurut winkel (2009:580 prestasi adalah
bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai. Sedangkan belajar menurut Chance (2003:17)
“...learning is defined as change in
behavior due to experience”. Belajar didefenisikan sebagai perubahan
tingkah laku dalam kaitannya dengan pengalaman.
Sementara
schunk (2008:3) “learning is an enduring
change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which
results from practice or other forms of experience”. Maksudnya bahwa
pendidikan adalah sebuah perubahan tingkah laku, kecakapan yang ditunjukan
dengan reaksi pada kebiasaan, dimana hasil tersebut berasal dari latihan dan
terbentuk dari pengalaman.
Menurut
Nana Sudjana (2010:23), prestasi adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada
siswa berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pelajaran.
Menurut
Suryabrata (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kemudian Brown
& McNamara (2005:16) “matematical
achievement is understood more in terms of performence of prescribed
mathematical prosedur. This is quantifible through diagnostic testing, And broader understending is anchored around
test indicators in a statistically defined environmen”. Maksudnya bahwa
bahwa prestasi matematika dipahami dalam hal kinerja prosedural matematika yang
ditentukan. Hal ini diukur melalui tes diagnostik, dan pemahaman lebih luas
adalah bermula dari indikator tes statistik yang sesuai lingkungan.
Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut maka prestasi belajar adalah hasil pengukuran
tingkan kemampuan siswa terhadap materi belajar. Dalam penelitian ini dengan
memberikam tes susuai dengan materi yang disampaikan oleh guru sebelumnya.
Menurut
Suryabrata (1998) Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
1)
Faktor
Internal
Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a.
Faktor
fisiologis
Faktor fisiologis yang
dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan panca indera.
1.
Kesehatan
badan
Untuk
dapat studi yang baik, siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan
tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaiakn program studinya.
2.
Panca
indera
Berfungsinya
panca indera merupakan syarat berlangsungnya belajar yang baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini, diantara panca indera yang paling memegang peranan
penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian
besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui pendengaran dan
penglihatan.
b.
Faktor
psikologis
Ada beberapa faktor
psikologi yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa antara lain
1.
Intelegensi
Prestasi
belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat
kecerdasan siswa. Taraf intelegensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar
seorang siswa dimana siswa yang memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai
peluang yang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, begitu
pula sebaliknya.
2.
Sikap
Sikap
yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya.
3.
Motivasi
Motivasi
belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang
khas adalah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
2)
Faktor
Eksternal
Selain faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di luar diri yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih antara lain adalah:
a.
Faktor
lingkungan keluarga
Faktor-faktor
lingkungan keluarga yang dimaksud adalah:
1.
Sosial
ekonomi keluarga
Sosial
ekonomi keluarga yang memadai akan membuat seseorang lebih banyak kesempatan
mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis
hingga pemilihan sekolah.
2.
Pendidikan
orang tua
Orang
tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan
dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan lebih rendah.
3.
Perhatian
orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan
dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang.
Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat maupun
secara tidak langsung seperti hubungan keluarga yang harmonis.
b.
Faktor
lingkungan sekolah
Beberapa faktor
lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1.
Sarana
dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah,
selain itu bentuk ruangan, sirkulasi udara serta lingkungan sekolah juga dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar.
2.
Kompetensi
guru dan siswa
Kualitas
guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan
prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia
belaka. Bila seseorang siswa merasa kebutuhan untuk berprestasi dengan baik
terpenuhi misalnya tersedianya tenaga pendidik yang berkualitas yang dapat
menimbulkan rasa keingintahuan yang besar maka siswa akan terdorong untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
3.
Kurikulum
dan metode mengajar
Hal
ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa.
Metode pembelajaran yang lebih interaktif (terjadi melalui dua arah) sangat
diperlukan untuk menambahkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
c.
Faktor
lingkungan masyarakat
Faktor-faktor
lingkungan masyarakat yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu
1.
Sosial
budaya
Pandangan
masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik
dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan
guru/pengajar.
2.
Partisipasi
terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan,
mulai dari pemerintah sampai pada masyarakat bawah setiap orang akan lebih
menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan
Defenisi
Variabel Penelitian
Defenisi
variabel penelitian adalah sebagai berikut:
1)
perhatian orang tua adalah
segala usaha, dorongan, keterlibatan orangtua dalam proses belajar mengajar
baik disekolah maupun dirumah yang mendukung peningkatan prestasi belajar siswa.
2)
Motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam belajar yang muncul oleh adanya ransangan-ransangan
baik dari dalam diri seseoran maupun diluar diri seseorang yang dapat dilihat
pada ketekunan dan usaha yang didorong oleh hasrat belajar untuk mencapai hasil
atau prestasi belajar sebaik mungkin.
3)
kecemasan merupakan suatu perasaan
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dari ketidakmampuan mengatasi masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan
yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis (misalkan gemetar, berkeringat,
detak jantung meningkat) dan psikologis (misalkan panik, tegang, bingung, tidak
bisa berkosentrasi).
4)
prestasi belajar adalah hasil pengukuran
tingkan kemampuan siswa terhadap materi belajar. Dalam penelitian ini dengan
memberikam tes susuai dengan materi yang disampaikan oleh guru sebelumnya.
Indikator
Penelitian
1)
Perhatian Orang Tua
Berdasarkan
kajian teori maka indikator yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
No
|
Komponen
|
Indikator
|
1
|
Usaha
|
a.
Menyediakan fasilitas belajar
b.
Mengontrol proses belajar di rumah dan disekolah
c.
Membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai
materi yang belum dipahami
|
2
|
Keterlibatan
orang tua
|
a.
Terlibat dalam proses belajar anak
b.
Terlibat dalam kegiatan yang bertujuan
meningkatkan pemahaman anak
c.
Terlibat dalam menciptkan rasa percaya diri,
motivasi belajar siswa.
|
2)
Motivasi Belajar
Berdasarkan
kajian teori maka indikator yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
No
|
Komponen
|
Indikator
|
1
|
Ketekunan
|
a.
Kehadiran disekolah
b.
Mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas
c.
Belajar diluar jam disekolah
d.
Tekun dalam mengerjakan tugas
|
2
|
Usaha
|
a.
Memiliki semangat dalam belajar
b.
Tidak cepat puas
c.
Mempertahankan pendapat
d.
Memiliki kepercayaan diri
|
3)
Kecemasan siswa
Berdasarkan
kajian teori maka indikator yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
No
|
Komponen
|
Indikator
|
|
1
|
Psikologi
|
|
|
2
|
Fisiologi
|
|
|
3
|
Sosial
|
|
0 komentar:
Posting Komentar