DUNIA DAN FILOSOFISNYA
Selasa
tanggal 10 November 2015, pukul 11.10 samapi 12.50, diruangan 305b lantai tiga
gedung pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta berlangsung perkuliahan
Filsafat Ilmu pertemuan kedelapan dengan dosen pengampu bapak Prof. Dr.
Marsigit, M.A. Pada pertemuan ini adalah dunia dan filosofinya.
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Pengantar dari Pak
Prof. Marsigit?
Diawal pertemuan pak prof
menyampaikan kepada seluruh mahasiswa agar tidak lalai untuk membaca,
melalakukan komentar dengan ikhlas. Selain itu, beliau juga menyampaikan setiap
menuliskan pendapat seseorang maka harus menuliskan sumbernya agar tidak
tergolong plagiarisme.
Materi Utama oleh Prof.
Marsigit?
Beliau menyampaikan bahwa objek
dalam filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Akan tetapi, setiap yang
ada dan mungkin ada memiliki takhingga banyak dan tidak ada yang dapat
menyebutkannya semua sebab manusia memiliki keterbatasan dan jika manusia bisa
menyebutkannya maka ini pertanda tidak hidup. Selanjutnya, dalam proses
memikirkan yang ada dan mungkin ada maka manusia menggunakan reduksi sehingga
dikenal filsafat aliran reduksionisme, pada dasarnya manusia sebagai reduksifis
dan ketika lahirpun manusia berasal reduksi yang dipilih langsung oleh Tuhan.
Hasil reduksi dari apa yang kita pikirkan tergantung pada apa yang hendak kita
bangun, misalkan membangun rumah tangga, ilmu
dan lain sebagainya. Maka pada kesempatan ini beliau mencoba memilih suatu
topik yang terdiri atas tesis dan anti tesis, yang satu bersifat tetap dan satu bersifat berubah.
Beliau menjelaskan lebih detail
bahwa yang tetap itu separuh dari dunia ini dengan tokohnya permenides, maka
dikenal filsafatnya yaitu permenidenism, Sedangkan yang separuhnya lagi
bersifat berubah dengan tokoh heraklitos
dengan nama aliran heraklitosism. Selain itu jika kita melihat manusia dari
sisis yang berbeda maka manusia itu sangat sempurna dan sisi lain sebagai
mahluk yang terbatas. Kesempurnaan tersebut berdimensi, misalkan “ayam itu lebih
sempurna dibandingkan cacing, dsb”. Melanjutkan pembahasan awal tentang
bersifat tetap dab berubah beliau mengatakan bahwa habitat dari yang tetap didalam pikiran dan
yang berubah diluar pikiran. Yang didalam pikiran bersifat absolut/ideal maka
dikenal sebuah aliran filsafat absolutisme atau idealisme dengan tokohnya
adalah plato dengan namanya platonisme dan yang diluar pikiran bersifat real/nyata maka ada aliran filsafat bernama
realisme dengan tokoh bernama aristoteles.
Selanjutnya, beliau mengatakan
bahwa yang dibawah dari tetap dan berubah yaitu relatif dengan aliran
relativisme dengan enstein sebagai tokohnya. Jadi pada bagian yang lain bersifat identik
(identitas) dimana I = I, sedangkan pada relatif bersifat I tidak sama dengan I
(bersifat kontradikti) sebab I yang pertama dengan I yang kedua memiliki ruang
dan waktu yang berbeda oleh karena itu dikatakan sebagai peduli atas ruang dan waktu. Salah satu hal yang menarik apa yang
disampaikan beliau adalah indikator atau tolak ukur suatu metode dikatakan baik
apabila menggapai tidur, sebagai
contoh kegiatan yang paling baik itu adalah yang menyebabkan tidur dalam sudut
pandang yang positif.
Pada bagian berubah yang selanjutnya adalah dunia presepsi, presepsi
menggunakan panca indra untuk menandakan sesuatu ada dengan pembuktian
pembenaranya dikatakan korespondensi dikenal dengan aliran korespondensionisme.
Sedangkan pada bagian yang tetap lebih menekankan pada kekonsistenan. Menurut paham
ini, pikiran itu bisa menjadi ilmu jika konsisten, walaupun pikiran itu tidak
bermakna. Sebagai contoh yaitu proses pembuktian dalam matematika yang
mementingkan kekonsistenan, misalkan A x B = A B. Melanjutkan pembahasan
tentang dunia presepsi yang biasa disebut juga dunia yang konkrit dan disisi
lain abstrak. Didalam dunia filsafat antara yang konkret dan real itu berbeda. Konkret
anti tesisnya abstrak sedangkan real anti tesisnya absolut. Oleh karena itu pada bagian berubah sifatnya
sintesis, maka dapat disimpulkan diluar pikiran, realisme, konkrit saling
beruhubungan dan berkemistri, sama saja antara nasi goreng dan berger saling
berkemistri. Sedangkan pada sisi tetap besifat analitik. Analitik yang penting logis
dan sesuai dengan pikiran masing-masing, sedangkan sintetik merupakan fakta.
Beliau melanjutkan, Sintetik itu
ada 3 perkara yaitu saling terhubung, sebab-akibat (causalitas), dan dunia
presepsi. Dikarena sifat ini maka dapat menghasilkan sifat berikutnya yaitu
untuk analitik bersifat a priori. A priori memiliki arti yaitu sesuatu yang ada
dalam pikiran sehingga antara ide yang satu dengan ide yang satu saling
berhubungan, walaupun wujudnya tidak ada, seperti doktor yang memberikan resep
obat kepada pasiennya hanya sekedar mendiagnosa dengan bertanya dan mendapatkan
jawan resep apa yang tepat dengam menghubungkan pikirannya saja, inilah yang
dinamakan Analitik A Priori.
Sedangkan untuk sintetik bersifat a posteriori. A posteriori memiliki arti sesuatu
yang ada diluar pikiran dan diketahui setelah dilihat, dirasakan, dsb, sebagai
contoh seorang dokter hewan, untuk mendeteksi penyakit hewan maka tidak cukup
dengan mendiagnosis saja tetapi harus melihat, memeriksa secara langsung dan
kemudian tahu apa penyakitnya dan obat yang cocok dengan penyakit tersebut.
Oleh karena itu muncullah istilah Sintetik
A Posteriori.
Akibat dari kedua sifat analitik a
priori ini maka lahirlah aliran rasionalisme dengan tokoh Renedeskrates.
Sedangkan pada sintetik a posteriori lahirlah aliran emperisme dengan tokoh
david home. Jadi pada bagian ini, terjadi pembagian dunia yaitu disatu sisi
rasionalisme dan disisi lain emperisme. Kedua paham ini selama seabad lebih
saling bersaing dan menujukan kebenaran masing-masing serta mempertahankan
prespsi masing-masing. Akibat dari persaingan ini maka lahirlah seorong tokoh
filsuf yang menjadi penengah yaitu Immanuel Kant (1671). Immanuel Kant,
mengatakan bahwa antara rasionalisme dan emperisme benar, akan tetapi
masing-masing meiliki kekurangan. Maka sesungguhnya immanuel kant
menuliskan dalam bukunya berjudul the critic of purism menyimpulkan bahwa
antara pikiran/rasional harus saling bersinergis dengan emperis maka lahirlah
yang dinamakan Sintetis A Priori.
Sintetik berarti cobalah dan a priori artinya pikirkanlah, maka sebenar-benar
filsafat ilmu adalah pikirkan pengalamanmu, dan kerakanlah pikiranmu itu. Jadi
konsdisi seperti ini bersifat fprmal maka lahirlah formalism dengan tokoh
Hilbert, bersifat logis maka lahir aliran logisisme dengan tokoh ultran traso.
Kedua sifat ini jika dinaikan maka akan menjadi trasendent atau dikenal dengan
trasendentalinisme (diluar jangkauan pikiran), “sebenar-benar ayam adalah
trasendet bagi cacing, sebab cacing tidak mengetahui apa-apa tentang ayam”,
selain itu “diri kita adalah trasendet bagi adik kita, sebab adik kita tidak
pernah tahu semua apa yang kita pikirkan”. Maka para dewa itu adalah trasendent
bagi para daksa, pemimpin adalah trasendent bagi yang dipimpinnya, subjek
adalah trasendent bagi objeknya, dst.
Kemudian beliau menjelaskan kembali
bahwa identitas bersifat tunggal dan kebenarannya hanya satu, sebagai contoh
dalil phytagoras hanya satu, tidak tergantung pada ruang dan waktu. Akan
tetapi, yang maha tunggal adalah Tuhan yang merupakan ranah spritual. maka
lahirlah paham tentang tunggal yaitu monisme (maha tunggal), maksudnya adalah
keseluruhannya itu adalah kuasa Tuhan. Ini sangat mudah kita pahami, sebab ini
kemistri dengan dunia kita.
Pada dasarnya dunia ini berdimensi,
yang terdiri atas 4 dimensi yaitu material, formalitas, normatif dan
spritual. Struktur dimensi ini sangat cocok dengan negara
indonesia, tetapi dengan segala macam pernak-perniknya diantara zaman tetap dan
berubah sebenarnya muncul zaman kegelapan. Zaman kegelapan ketika gereja
memiliki peranan penting dalam segala pembenaran. Sebagai contoh teori tentang galiosentris
(bumi sebagai pusat tata surya) ini adalah pembenaran yang dikemukakan oleh
gereja dan tidak ada satu pun yang bisa membatahnya dan setiap yang
membantahnya akan dihukum mati. Akan
tetapi, teori ini mulai tergerus oleh saitifik yang mengatakan sesungguhnya
bukan bumi sebagai pusat tata surya, akan tetapi matahari atau lebih dikenal
dengan galiosentris. Haliosentris diperkenalkan pertama kali oleh copernikus,
dia secara diam menyelidiki dan menuliskan temuannya, tetapi temuanya ini
disembunyikan akibat adikuasa gereja dimasa itu. Bumi pada dasarnya bergerak
pada lintasannya dan selalu bergerak dan bergeser sehingga tidak mungkin dapat
melewati suatu lintasan yang sama. Dari keadaan ini maka muncullah rasionalis
dan emperis tersebut.
Dari zaman ini, beliau menambahkan
muncul suatu era baru yang diperkenalkan oleh Auguste Comte dengan alirannya
yaitu Positivisme. Comte memahami
bahwa sumber dari segala sumber kehidupan berangkat dari sikap positif.
Positifisme lahir akibat kritik terhadap aliran emperis dan rasionalisme.
Menurut comte, yang berguna itu hanya apa yang dibutuhkan saja, maka untuk
membagun dunia tidak bisa menggunakan spritual sebab spritual itu tidak logis
sedangkan membangun dunia itu harus logis maka dimensi spritual diletakan pada
bagian bawah dan paling atas sebagai paham positifsme (saintifik). Saintifik
inilah benang merah dari kurikulum 2013 yang sebenarnya berakar pada pemikiran
dimana agama dimarjinalkan, maka ini adalah suatu kondisi yang miris terjadi
dinegeri ini yang mulai tergerus oleh fenomena Comte yang diberdayakan oleh
negara-negara barat, yang menunjukan negara indonesia semakin lemah dalam
percaturan dunia saat ini yang dianalogikan seperti anak ayam yang kehilangan
arah dalam sangkarnya sendiri. Kondisi inilah yang menyebabkan karakter negara
indonesia yang menjadikan spritual menjadi dimensi teratas berubah menjadi
dimensi saintifik (IPTEK). IPTEK, tanpa kita sadari menjerumuskan diri kita dalam
pengguna aliran positivisme tersebut,
yang mutlak tidak bisa dihindari dizaman industri saat ini dengan penguasa
tertinggi yaitu negara-negara seperti amerika serikat, rusia dan cina sebagai
pemegang kendali, yang dikenal dengan industrialisasi dunia barat.
Beliau menambahkan, kondisi ini
tanpa kita sadari melahirkan suatu struktur kehidupan dunia mulai dari arkaek,
tribal, tradisional, feodal, modern, post modern, post post modern dan powernow
(kontenporer). Pada keadaan seperti ini Indonesia berada pada kondisi yang
terjepit oleh kekuatan powernow yang
adikdaya, dimana seperti yang kita ketahui bahwa falsafah negara Indonesia
adalah sprtual dan budaya menjadi yang utama, akan tetapi barat mengatakan
bahwa logikalah segala-galanya, dengan ilmu sperti matematika murni, biologi
murni, kimia murni, dsb sebagai dasarnya sehingga dapat melahirkan teknologi
serta ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan ini. Ini sebenarnya mengapa
belanda gagal menjajah indonesia, sebab pada saat yang sama belanda sudah
sedikit demi sedikit melepaskan spritual menuju powernow. Paham ini di dukung
oleh aliran-aliran yang terdiri atas pragmatisme, hedonisme, behaverionisme,
utilitarianisme, materialsme dan liberalisme, dimana kesemua aliran ini
mementingkan kebermanfaatan. Akan tetapi, kooptasi dunia barat yang merupakan
implementasi kesemua aliran ini dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa
dihindari, hal ini bisa dilihat dalam keadaan real masyarakat didunia pada
umumnya dan indonesia pada khususnya penggunaan HP, Android,internet, dsb menjadi hal wajib yang tidak lain dan
tidak bukan merupakan produk dari
aliran-aliran tersebut. Oleh karena itu,
setinggi-tingginya kita berkomitmen untuk tidak menggunakan aliran positivisme
maka tidak akan pernah mampu melaksanakannya, sebab pengaruh aliran ini sudah
menyelimuti seluruh lapisan kehidupan tanpa terkecuali.
Beliau menegaskan, setiap hari kita
tidak terlepas dari fenomen Comte. Ketika kita belajar filsafatpun tidak bisa
terhindar dari pengaruh tersebut, posisi kita seperti ikan kecil dalam kolam
yang terkontaminasi limbah atau zat kimia, sehingga menyebabkan banyak ikan
yang mati. Hal ini, menganalogikan bagaimana keadaan manusia saat ini yang
sudah terkontaminasi oleh fenomena comte sehingga kita yang masih hidup tetapi
dianggap mati. Seorang sufi mengatakan bahwa dari sekian banyak manusia hanya
beberapa yang masih hidup, Mengapa demikian? Sebab sebenar-benarnya hidup
adalah mereka yang selalu berdoa (beribadah), sedangkan para filsuf mengatakan
seseorang itu hidup apabila mereka terus berpikir. Jadi hidup itu apabila menghadapi segala
tantang dunia dan kooptasi dunia barat dengan penuh keyakinan, tetap dengan
keyakinan yang dimiliki serta mengunakan pengetahuan dan pikirannya serta mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga sampai pada tujuan akhir
dari hidup ini yaitu menggapai sang Qhalik dan menghindarkan diri kita dari
fenomena comte yang lebih memilih dunia dibandingkan akhirat.
Solusi yang dikatakan beliau untuk
menghindarkan kontaminasi comte untuk dunia timur yaitu dengan menjadikan
spritual sebagai pengontrol segalanya, maka beliau mengutip sebuah kalimat “berdoalah
seakan engkau akan mati besok, serta berusahalah seakan-akan engkau hidup 1000
tahun lagi”.
Kembali menjelaskan tentang
kurtikulum 2013, beliau mengatakan metode saintifik merupakan bagian dari
fenomena comte yang posisinya tajam kebawah, hal inilah yang mengindikasikan
negara indonesia telah terkontaminasi oleh fenomena tersebut. Jika saintifik
menjadi jargon untuk membagun indonesia maka tinggal menunggu waktu kapan
indonesia akan meninggalkan nilai-nilai spritual. Maka untuk menanggulangi
kondisi tersebut maka perlu menggunakan metode baru yaitu metode gotong royong,
dimana terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidiknya seperti halnya
yang pak. Prof. Marsigit contohkan dengan memosting dan mengirim hasil-hasil
postingan mahasiswa yang berkualitas dibeberapa media. Oleh karena itu,
sainifik itu hanya 1/3 dunia, yang dalam proses pengembanganya tidak saintifik
tetapi mengklaim sebagai pengunna pendekatan saintifik dan hanya didasarkan
pada ego dan kepentingan kelompok semata. Secara fundamental pedekatan saintifik
memiliki sisi baik dan buruk, dimana seperti kita ketahui bersama bahwa ada 5 M
dalam saintifik yaitu mengamati, menanya, mengasosiasi, mencoba,
mengkomunikasi. Pada aspek menanya tidak memiliki makna apapun dan menjadi
pertanyaan adalah apa yang harus
dipertanyakan? Apabila kita membaca
tentang saintifik yang sebenarnya maka menanya merupukan pelintiran dari
hipotesis, maka sesungguhnya bukan menanya tetapi hipotesis. Jika kita melihat
dari august commte, saintifik tersebut terbagi menjadi 4 yang salah satunya
adalah history. Akan tetapi pada negara kita kata ini diganti dengan
mengkomunikasikan. Jika kita berpikir bahwa pendidikan harus dihistorikan maka
ini diluar ranahnya tetapi merupakan ranah dari humaniora. Inilah sebenanarnya
akibat dari gerusan powernow yang tujuannya untuk mengesploitasi alam indonesia
yang masih banyak ini, yang diakibatkan oleh lemahnya negara indonesia maka hal
ini tidak bisa dihindari.
Kesimpulan yang saya
buat berdasarkan penjelasan diatas:
Dunia ini berstruktur dimana
terdiri atas yang tetap dan yang berubah, dimana setiap yang tetap memiliki
kemistri masing-masing dengan aliran yang lain, begitula pada yang berubah
memiliki kemistri pula dengan aliran yang lain. Selain itu, struktur dunia yang
lain adalah positivisme yang dikenal dengan fenomena commte dan telah
mengkooptasi seluruh masyarakat dunia tanpa terkecuali di indonesia. Fenomena commte
ini dapat dilihat secara nyata dalam kehidupan kita yang mentingkan kehidupan
dunia dibandingkan akhirat, seperti hidup yang bergelimangan harta akan tetapi
tidak pernah menjalankan ibadah kepada Allah. Fonomena juga ini dapat dilihat
dari penerapan kurikulum 2013, yang sebenanrnya menerapkan paham positivisme
yang memarjinalkan nilai-nilai spritual. Oleh karena itu, agar terhindar dengan
kontaminasi fenomena commte maka kita harus menjadikan spritual sebagai
pegangan tertinggi yang dapat menjadi pengontrol bagi prilaku yang lain. Selain
itu kita harus menggunakan pengetahuan dan pikiran dengan sebaik-baiknya serta
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
SEKIAN
Wassalamualaikum.
Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar