Tugas : Filsfat
Ilmu
Dosen : Prof.
Dr. Marsigit, M.A
Bismillahirahmani Rahim
Assalamualaikum Wr. Wb
“FENOMENA
COMMTE (POSITIVISME) DI INDONESIA PADA ERA KONTEMPORER”
Positivisme
merupakan aliran yang menekankan pada hubungan sosial bermasyarakat, dalam hal
ini, yang menjadi pusat perhatiannya yaitu interaksi antara manusia dengan
manusia yang lain serta hal-hal bersifat emperik dan rasio yang berkaitan
dengan kehidupan manusia didunia. Positivisme sebagai aliran yang dipelopori
oleh tokoh filsafat besar dan populer yakni auguste commte yang muncul pada
abad 19 masehi dan masuk pada zaman modernisasi (Kompasiana.Com). Aliran ini
sebenarnya bukan aliran baru, tetapi merupakan pengembangan dari aliran emperis
dan rasionalis, yang bersumber pada sesuatu yang nyata dan dapat dibuktikan oleh
indrawi serta logika-logika yang positif yang bersifat objektif. Aliran ini,
sangat mengesampingkan metafisika (Bakhtiar, A, 2014). Konsep yang hendak
dibangun dalam aliran ini lebih menekanan pada proses penelitian atau penemuan
dengan metode ilmiah (scientific).
Pada
perkembangannya aliran positivisme dikembangkan menjadi beberapa aliran yang
berorentasi pada asas kebermanfaatan. Aliran tersebut terdiri atas
utilityanisme, hedonesme, kapitalisme, pragmatisme serta liberalisme. Kesemua
aliran ini mengenyampingkan metafisik dan dogmatis, tetapi lebih pada asas
fungsi serta kebutuhan nyata manusia dalam kehidupanya. Kondisi seperti ini
dapat dilihat fenomenanya secara global, dimana perkembangan IPTEK mendominasi
kehidupan manusia diseluruh dunia. IPTEK dikembangkan berdasarkan metode ilmiah
(scientific), dengan tujuan untuk
mempermudah akses manusia dalam menjalankan segala aktifitas dunia.
Seiring
dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, yang dianalogikan sebagai pisau bermata dua yaitu sisi positif dan sisi
negatif dengan para Power Now yang menjadi Remot kontrolnya. Jika ditinjau dari
sisi positif, maka tidak dapat dipungkiri bahwa IPTEK memang memiliki manfaat
yang cukup banyak bagi kehidupan manusia dizaman kontenporer. IPTEK menjadi
sarana yang mempermudah sosialisasi serta interaksi manusia yang satu dengan
yang lain. Akan tetapi, jika dilihat dari sisi negatifnya, Perkembangan IPTEK,
seakan-akan dijadikan sebagai pembuktian bahwa dengan pikiran serta logika
manusia dapat menciptakan apapun serta mengenyampingkan peran tuhan didalamnya.
Selain itu, sifat instan yang dilahirkan oleh karena perkembangannya menjadikan
manusia apatis terhadap lingkungan sebab menyerahkan segalanya pada teknologi
yang sebenaranya justru merebut, mengeksploitasi serta mengkooptasi unsur-unsur
alamiah dari lingkungan kehidupan ini. Oleh karena itu, semua gejala umum yang
telah disebutkan diatas merupakan bentuk dari pengaruh paham commte yang lebih
mementingkan kebermanfaatan dalam kehidupan nyata atau lebih dikenal dengan
istilah Fenomen Commte.
Fenomena
Commte merupakan gejala kehidupan yang menjadikan kehidupan Dunia sebagai tujuannya,
serta memarjinalkan spritual dan mengagungkan scientific sebagai kebenaran mutlak. Kondisi ini, bukalah hal yang
mengagetkan bagi para penganut positivisme, sebab seperti yang kita ketahui
bahwa Commte dalam rangka ingin mewujudkan suatu keteraturan dalam kehidupan
masyarakan maka melakukan suatu
percobaan untuk mendirikan suatu dogma baru yang berbasis humanis serta
menjadikan diri serta pikirannya sebagai imam agung. Hal ini, mengindikasikan
bahwa Pikiran sebagai dewa dari kehidupan dunia menurut paham mereka. Fenomena
identik seperti ini, berkembang sangat pesat didunia barat seperti Amerika
Serikat, Rusia, dsb dengan teknologi canggih sebagai jargon serta alat kooptasi
seluruh yang ada disekitarnya termaksud Indonesia menjadi sasaran, yang
merupakan produk dari pikiran manusia itu sendiri.
Indonesia
sebagai negara yang mengedepankan spritualitas dalam kehidupan dunianya, tidak
menjadikan dirinya luput dari pengaruh fenomena ini. Secara faktual dan
kontekstual, fenomena yang merupakan perpanjangan tangan dari power now pelan
tapi pasti telah mampu mengkooptasi seluruh tatanan kehidupan masyarakat
indonesia, mulai dari pemerintah, masyarakat intelektual serta masyarakat
tradisional. Seperti yang telah dianalogikan oleh bapak Prof. Dr. Marsigit, MA
dalam perkuliahan Filsafat Ilmu, dimana masyarakat indonesia seperi ikan kecil
dalam danau yang semua unsur didalamnya terisi serta terkontaminasi oleh power
now dengan latar belakang aliran positivisme.
Pemerintah dengan kebijakan yang dikeluarkan
sebagai eksistensi keberadaan dirinya, baik kebijakan dibidang politik, sosial,
ekonomi, serta pendidikan, tidak terlepas dari pengaruh fenomena commte. Suatu
kebijakan terkadang di buat tidak lagi berasas pada manfaatnya terhadap rakyat dan
ketuhanan tetapi lebih kepada egoisme para pengambil kebijakan yang mementingkan
kepentingan individu serta kelompoknya. Keadaan inilah yang menyebabkan
indonesia sebagai negara urutan 107 dari 114 negara terkorup didunia
berdasarkan hasil Transparency International
ketika merilis Corruption Perseptions Index (CPI) 2014. Salain itu, kebijakan
yang dikeluaran khususnya dalam bidang pendidikan yaitu berkaitan dengan
kurikulum 2013, dimana subtansial dari kurikulum ini sangat mendewakan sceintific yang justru bertentangan
dengan filosofi kehidupan masyarakan indonesia yang menjunjung spritual dan
kebudayaan.
Kondisi yang sama juga terjadi pada masyarakat intelektual,
dimana asas kepentingan dan kebermanfaatan pribadi menjadi titik tolaknya.
Sebagai contoh sederhana, pada tahun 2014 banyak berita dimedia masa yang
memberitakan tentang seorang guru yang berlaku asusila terhadap peserta didik
serta kepala sekolah yang menyalahgunakan dana BOS. Selain itu, para pelajar
yang seharusnya sebagai insan yang berilmu dan bemoral tetapi justru melakukan,
tawuran, Narkoba, Asusila dan lain sebagainya. Kejadian seperti ini tidak hanya
1 tetapi lebih dari itu. Hal ini memperlihatkan secara jelas bahwa betapa bnyak
pengaruh budaya barat telah memasuki sendi-sendi kehidupan di negeri indonesia
ini.
Selain itu, pada masyarakat tradisional semakin memperjelas
bagaimana fenomena commte sangat merajai seluruh aspek kehidupan masyarakat
indonesia, dimana seperti kita ketahui bersama bahwa filosofi bermasyarakat
terdahulu menekankan pada kegotong royongan serta mufakat. Akan tetapi, seiring
dengan perkembangan zaman budaya seperti ini mulai ditinggalkan serta bergeser pada konteks kehidupan individualis. Senada
dengan kondisi tersebut, ketergantungan masyartakan terhadap teknologi moderen
tidak dapat terhindar lagi. Hal ini dapat ditunjukan secara faktual banyaknya
permintaan masyarakat terhadap keinginan untuk memiliki HP, Komputer, serta
alat teknologi lainnya. Keadaan ini, bukanlah hal yang salah, tetapi yang
menjadikannya salah adalah masyarakat terlena dengan berbagai kecanggihan ini,
sehingga banyak dimanfaatkan kepada hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan
terkadang mengenyampingkan nilai-nilai moral dan spirual.
Oleh karena itu, untuk meyikapi fenomena commte yang telah
mampu menyusupi seluruh urat nadi kehidupan bangas indonesia dimulai dari atas
sampai kebawah, maka diperlukan suatu alat filter yang bisa menjadi pemilah
mana yang baik dan mana yang buruk. Alat penyaring tersebut adalah moral serta
spritual yang harus dijadikan sebagai yang utama. Semoga Kita semua diberikan
kebahagian serta kemudahan di dunia dan di akhirat. Amin Ya Allah.
Mohon Maaf Jika Ada Yang Keliru, Mohon Koreksinya.Terimakasih
Waalaikumsallam Wr. Wb
0 komentar:
Posting Komentar