Kamis, 01 Desember 2016
Minggu, 21 Februari 2016
“KETAKHINGGAN (INFINITY)”/PORTOFOLIO 1
MATEMATIKA
MODEL
(TUGAS
PORTOFOLIO)
“KETAKHINGGAN (INFINITY)”
Oleh:
IMALUDIN AGUS
NIM.15709251038
Tugas
ini ditulis Sebagai Tugas Mingguan Mata Kuliah Matematika Model dengan Dosen
Pengampu Bapak. Prof. Dr. Marsigit, MA.
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
Ketakhinggan
(Infinity)
Matematika
merupakan ilmu yang syarat akan symbol. Matematika memiliki banyak symbol yang
didefinisikan secara jelas untuk setiap pemaknaanya. Oleh karena banyaknya
symbol dengan makna yang berbeda dalam matematika, maka inilah yang menjadi
salah satu penyebab mengapa matematika sulit dipahami oleh setiap yang awam
dalam matematika.
Salah satu simbol
yang menarik untuk dibahas dalam matematika adalah tak hingga (Infinity) atau biasa dinotasikan dengan
∞. Tak hingga (Infinity) adalah sebuah
konsep abstrak yang menggambarkan sesuatu yang tanpa batas dan relevan dalam
sejumlah bidang, terutama matematika dan fisika. Selain itu, pendapat lain juga
mengungkapkan bahwa tak hingga ialah tiap bilangan (kecuali 0) yang dibagi oleh
0 sehingga bernilai tak hingga.
Sejarah tak hingga
(Infinity) dimulai pada masa awal
yunani. Tak hingga (Infinity)
diperkenalkan oleh salah satu filsuf yang bernama Anaximander. Dia mengungkapkan kata “apeiron” yang berarti tak terbatas. Akan tetapi, awal pembuktian
tak hingga (Infinity) matematika
dilakukan oleh Zeno dari Elea (C 490 SM- C 430 SM). Seorang filsuf yunani pra
sokrates dari selatan italia dan anggota Eleatic sekolah yang didirikan oleh Paramenides.[1]
Aristoteles memanggilnya penemu dialektika. Dia
terkenal karena paradoksnya yaitu paradox Achilles dan kura-kura. Paradox ini
terkenal karena orang yunani gagal menjelaskan paradox ini. Zeno menganalogikan paradox ini dengan
membayangkan lomba lari Achilles dan seekor kura-kura. Keduanya dianggap lari
dengan kecepatan konstan dan kura-kura sudah tentu jauh lebih lambat. Untuk
ittu, si kura-kura diberi keuntungan dengan start awal didepan, katakanlah 10 m
(titik dimana kura-kura mulai). Tetapi si kura-kura ini juga pasti sudah
melangkah maju jauh lebih lambat memang, katakanlah dia baru melangkah 1 meter.
Beberapa saat kemudian Archilles berada dititik 11 m, tetapi sikura-kura sudah
melangkah maju sebesar 0,1 m. Demikian seterusnya setiap kali Achilles berada
pada titik dimana kura-kura sebelumnya berada si kura-kura sudah melangkah
lebih maju. Artinya secepat apapun Achilles, tidak akan pernah mendahului
kura-kura.
Kasus tersebut
diatas, dapat terpecahkan setelah pada awal abad ke 17 juga para ahli
matematika telah menangani deret tak hingga diantaranya adalah Rene Deskrates (1596-1650). Descartes telah memecahkan kebuntuan
dari beberapa abad, yakni dapat menjelaskan paradox Zeno secara memuaskan dengan menggunakan limit jumlah deret tak
hingga. Berdasarkan formula tersebut, maka diperoleh jarak yang diperlukan oleh
Achilles untuk menyusul kura-kura yang membentuk deret geometri tak hingga: [2]
10 + 0.1 + 0.01 +
….
Dengan rasio
perbandingan r = 0.1.
Pembangian
bilangan tak hingga dalam matematika dilakukan pada tahun (abad 3 - 4 SM) oleh India Surya Prajnapti, dimana bilangan diklasifikasikan
menjadi 3 bagian yakni:
1.
Dapat
dihitung, terendah, menengah dan tinggi
Contoh:
Himpunan bilangan asli yang kurang dari 5
(1,2,3,4)
2.
Tak
terhitung, hampir tak terhitung, benar-benar tak terhitung dan tak terhitung
banyak
Contoh:
Himpuan semua bilangan asli (1,2,3,4…)
3.
Tak
Terbatas, yang tidak terbatas, tak terhingga
Contoh:
Selain itu, untuk
penggunaan notasi ∞ pertama kali dilakukan oleh John Wallis pada Abad 17. Wallis
menuliskan suatu formula yaitu suatu bilangan yang dibagi oleh nol (0) selain
nol itu sendiri memiliki hasil tak hingga atau dalam matematikanya adalah
sebagai berikut :
.[3]
Pandangan lainnya,
seperti yang diungkapkan oleh Santo
Agustinus dan Immanuel Kant,
dimana Agustinus mengemukakan bahwa tak hingga sesungguhnya lebih banyak
bersifat keagamaan sedangkan kant
mengatakan ketakhinggan menyangkut ruang, waktu, serba terus, diskrit,
sebab-akibat, dan kebetulan.
Setelah membahas
mengenai asal mula adanya istilah tak hingga (Infinityf), maka muncul sebuah pertanyaan dari mana munculnya
notasi tak hingga (Infinityf) yakni “∞”? Notasi “∞” diperkirakan
berasal dari varian pada Ouroboros klasik. Ouroboros merupakan siklus abadi
hidup dan tak terbatas, konsep keabadian dan kembali abadi, dan merupakan
siklus hidup, kematian, dan kelahiran kembali seperti phonenix. [4]
[1] http://www.slideshare.net/ratumugita/materi-50349096
[2]
Ibid
[3] http://kopicopi.blogspot.co.id/2014/01/penemu-simbol-bilangan-tak-terhingga.html
[4] http://klinikunique.blogspot.co.id/2011/08/ouroboros-makna-dari-salah-satu-simbol.html
Minggu, 17 Januari 2016
MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER FILSFAT ILMU "MAKALAH TENTANG PEMAHAMAN AWAL TENTANG FILSAFAT"
FILSFAT ILMU
(MAKALAH
HIPOTETYCAL ANALYSIS)
“PEMAHAMAN
AWAL TENTANG FILSAFAT”
Oleh :
IMALUDIN AGUS
NIM.15709251038
Tugas
ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk tugas akhir mata kuliah Filsafat
Ilmu dengan dosen pengampu Bapak. Prof. Dr. Marsigit, MA.
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
PENGETAHUAN AWAL TENTANG FILSAFAT
PENDAHULUAN
Filsafat
merupakan olah pikir. Filsafat mendorong setiap individu yang ingin mengenalnya
untuk mengetahui apa yang diketahui dan apa yang belum diketahui. Setiap yang
mempelajari filsafat diharapkan untuk mampu berendah hati sebab semakin kita
mempelajari filsafat semakin kita menyadari bahwa kita semakin tidak mengetahui
apa-apa, dan apa yang telah kita ketahui tidak lebih dari setitik tinta yang
dicelupkan dalam lautan luas. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sokrates bahwa “satu hal yang saya tahu yaitu saya tidak mengetahui apa-apa”.
Kerendahan
hati sokrates menunjukan bahwa betapa menyadarkan kita berfilsafat bagaikan
memasuki rongga kecil yang memiliki ruangan yang luas dan tak terhingga luasnya
yang meliputi seluruh jagad raya dan isinya. Dengan ruang yang cukup luas ini
mengantarkan pemiliki kemampuan menalaran dan komunikasi yakni manusia untuk
mencoba mengenal semua gejala yang terjadi sedetail mungkin walaupun dengan
keterbatasan daya dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini disebabkan manusia
adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna didalam ketidak sempurnaan, sebab
jika manusia sempurna maka artinya tidak hidup.
Pada
dasarnya, filsafat memiliki dua objek yang utama yaitu yang ada dan yang
mungkin ada, baik yang didalam pikiran maupun diluar pikiran. Akan tetapi, yang
menjadi pertanyaan adalah apa yang ada dalam pikiran dan yang mungkin ada dalam
pikiran? Serta apa yang ada dan yang mungkin ada diluar pikiran? Kedua
pertanyaan ini merupakan pertanyaan mendasar bagi setiap orang awam yang baru
mengenal filsafat sebab bagaimana bisa memahami filsafat secara ekstensif dan
intensif jika objek kajiannya saja masih buram.
Selain
objek filsafat, pemahaman terhadap aspek-aspek filsafat juga menjadi hal
penting, dimana filsafat terbagi atas tiga aspek yaitu ontologi, epistomologi
dan aksiologi. Ontology membahas tentang hakikat yang ada, epistomologi lebih
diidentikkan dengan pengetahuan serta aksiologi terbagi atas dua bagian utama
yakni etika (baik dan buruk) serta estetika (indah dan jelek). Akan tetapi, setiap objek serta aspek dalam filsafat
harus selalu ada dalam koridor atau kriteria kebenaran menurut filsafat, yang
mengharuskan setiap yang mencoba mengenalnya untuk patuh dan taat pada ruang
dan waktu, sebab kebenaran menurut filsafat jika sesuai dengan ruang dan waktu
serta kesalahan itu karena tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Oleh karena
itu, untuk pemahaman lebih jauh mengenai dasar-dasar filsafat maka dipandang
perlu adanya penjelasan mengenai apa itu filsafat? Bagaimana objek filsafat?
Apa saja aspek-aspek dari filsafat? Serta bagaimana pandangan filsafat mengenai
yang benar dan yang salah?
PEMBAHASAN
Filsafat
adalah olah pikir. Olah pikir diartikan sebagai kemampuan menggunakan pikiran
dan penalaran untuk mempertanyakan dan meragukan setiap apa yang ada dan yang
mungkin di alam semesta serta berusaha untuk menjawab setiap perntanyaan dan
membuktikan setiap yang diragukan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Rene Deskrates bahwa “Saya ada karena saya berpikir”. Oleh
karena itu, esensi utama dari filsafat adalah berpikir dan bagaimana
menggunakan pikiran untuk mengungkap semua objek dari filsafat.
Secara
subtansial, yang dipikirkan dalam filsafat yaitu tentang yang ada dan yang
mungkin ada. Menurut Aristotels
dikatakan ada dalam pikirian jika objek yang dimaksud dapat dilihat, diraba,
dirasakan atau secara umum dapat terdeteksi oleh pancaindra manusia. Paham
seperti ini disebut paham Realisme.
Sedangkan pandangan lain tentang yang ada yaitu menurut Plato, sesuatu
dikatakan ada jika ada dalam pikiran yang berupa logika, sebagai salah satu
contoh real mengenai hal ini adalah matematika murni, yang kebenarannya
tergantung pada koherentismenya. Paham yang seperti diungkapkan oleh plato
disebut platonisme atau biasa disebut
idealisme.
Selanjutnya,
filsafat dianalogikan sebagai penguasa utama dari segala lini dalam alam
kesemestaan, yang membuka ruang untuk lini-lini lain berada didalamnya serta
menjadi bagian dari kajiannya. Setiap yang mempelajari filsafat mengharuskan
dirinya mampu membuka pikiran dan memperlebar pandanganya, bahwa dunia memiliki
dimensi serta struktur yang luas atau menurut bahasa awamnya yakni “ada langit diatas langit”.
Selain
itu, setiap manusia memiliki dimensi berpikir yang berbeda antara individu yang
satu dengan individu yang lain tergantung bagaimana usaha manusia tersebut
mengesplor dan meningkatkan dimensi berpikirnya. Salah satu contoh untuk
meningkatkan dimensi berpikir manusia adalah melalui proses belajar secara
kontinu baik disekolah formal maupun informal.
Filsafat
menggunakan bahasa analog serta metode hidup sebagai alat untuk memahami dan
mengungkapkan semua yang ada dan yang mungkin ada. Bahasa analog merupakan
bahasa yang lebih halus dari bahasa kiasan, dimana setiap subtansi pikiran yang
ingin diungkapkan tidak langsung dipahami secara gamblang oleh para pembacanya,
akan tetapi harus memerlukan proses analisis yang logis serta melalui sintesis
yang koheren. Sedangkan metode hidup diartikan sebagai metode
yang digunakan dalam mempelajari filsafat, dengan individu sebagai objek utama
dan proses belajarnya disesuaikan dengan pengalaman dan kemampuan individu
tersebut. Jika dikaitkan dalam proses pembelajaran matematika, maka metode
hidup merupakan proses pemberian jalan kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan taraf berpikirnya serta guru harus memandang peserta didik bukan
sebagai empty vessel, yang bisa diisi
dengan apapun oleh gurunya. Akan tetapi, paradigma ini harus berubah menjadi
peserta didik sebagai pribadi yang memiliki kemampuan berpikir, menalaran,
mensintesis dan lain sebagainya yang dapat tereksplor dengan baik.
Secara
fundamental, Filsafat merupakan induk dari segala pengetahuan yang memiliki
batasan dan objek kajian masing-masing. Satu hal terpenting dalam belajar
filsafat adalah mengetahui sampai mana batasan-batasannya, sehingga dalam
proses memahaminya tidak menyimpang dari nilai-nilai ideal yang diharapkan
serta tidak terjerumus dalam paradigma yang salah mengenai filsafat dan proses
pemahaman jagad raya. Oleh karena itu, diperlukan fondasi agama yang kokoh sebagai
tembok pembatas, sebab tujuan hidup bukan hanya dunia tetapi yang tak kalah
lebih penting adalah akhirat. Seperti salah Ungkapan berikut “Berusahalah seakan-akan engkau hidup seribu
tahun lagi dan beribadahlah seakan-akan engkau akan mati esok”.
Kaitannya
dengan objek filsafat, maka pada dasarnya filsafat memiliki dua objek utama
yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada diartikan sebagai sesatu yang
dapat dilihat, dirasakan oleh pancaindra manusia. Selain itu, dikatakan ada
ketika ada dalam pikiran. Sedangkan yang mungkin ada diartikan sebagai sesuatu
yang belum bisa dijangkau oleh pikiran manusia baik itu kejadian dimasa lampau
maupun kejadian dimasa mendatang atau dalam bahasa filsafatnya disebut
trasendental. Dari dua objek filsafat ini maka muncul dua pertanyaan mendasar
mengenai esensi yang ada dan yang mungkin ada. Dua pertayaan tersebut yaitu
jika ada diluar pikiran, bagaimana mengetahuinya? Serta jika ada dalam pikiran
bagaimana mengungkapkannya?
Ketika
berbicara ada dan yang mungkin ada, maka setiap individu memiliki perspektif
yang berbeda, sebab bisa jadi ada bagi saya belum tentu ada bagi yang lain
serta ada bagi yang lain belum tentu ada bagi saya. Sebagai ilustrasi sederhana
yaitu ketika saya menyebutkan tanggal lahir adik saya maka tentu ada bagi saya
tetapi mungkin ada bagi yang lain yang belum pernah mengetahui kapan adik saya
lahir, begitupula sebaliknya.
Selain
itu, setiap manusia hanya mampu berusaha menggapai setiap yang ada dan mungkin
ada serta tidak mampu menyebutkan semua yang ada dan mungkin ada tersebut, baik
yang ada dalam pikir maupun yang diluar pikiran, sebab manusia merupakan
makhluk sempurna dalam ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, dalam memahami
setiap yang ada dan mungkin ada tergantung pada sejauh mana individu memiliki
pengalaman dan intuisi yang diperolehnya dalam proses berkehidupan.
Selanjutnya,
filsafat terbagi atas tiga aspek yaitu pertama,
ontologi. Ontologi merupakan hakekat yang ada. Ada menurut filsafat jika
terdapat didalam pikiran atau diluar pikiran. Ada diluar pikiran ketika tidak
bisa dikenali dengan panca indra, akan tetapi dapat dianalisis oleh pikiran. Kedua aspek epistomologi. Epistomologi diartikan dengan
pengetahuan, maka filsafat ilmu merupakan bagian dari aspek epistomologi.
Ketika berbicara pengetahuan, maka ada sebuah pertanyaan besar dari mana
sesungguhnya pengetahuan itu berasal? Menurut Immanuel kant pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman manusia
yang terus-menerus dan kebenarannya dibenarkan oleh logika atau dalam istilah
filsafat disebut Intuisi. Selain itu,
menurut Aristoteles pengetahuan hanya berdasarkan pengalaman manusia atau biasa
disebu emperik. Oleh karena itu, pengetahuan
berawal dari rasa ingin tahu dan meragukan setiap yang ada dan yang mungkin
ada, sehingga dengan pengalaman, logika dan analisis yang dimiliki manusia,
berusaha untuk mendukung atau membantah setiap apa yang dipertanyakan atau yang
diragukan.
Aspek
Ketiga yaitu aksiologi. Pada filsafat
aksiologi diartikan sebagai kaidah, seni atau panduan mengenai baik dan buruk
maupun indah dan jelek. Kedua bagian ini terkalasifikasi menjadi dua
bagian yang holistic yaitu etika dan estetika. Ketika berbicara etika maka kajian
utamanya adalah mengatur bagaimana seharusnya tindakan yang harus dimiliki oleh
setiap orang yang hendak mempelajarinya. Didalam etika menekankan pada apakah sesuatu
itu baik atau buruk. Akan tetapi, untuk membuktikan mana yang baik dan mana
yang buruk dalam filsafat merupakan hal yang relative, sebab filsafat sangat
menghargai perbedaan ruang dan waktu serta meyakini bahwa setiap ruang dan
waktu memiliki aturan dan tatacara yang berbeda, sehingga penentuan kriterian
penilian benar atau salahnya pun akan berbeda. Sebagai contoh sederhana yaitu
ketika mengatakan yang tidak sebenarnya kepada para penjahat mengenai sesuatu
yang menjadi incarannya maka ini bernilai baik untuk ruang dan waktu tersebut,
tetapi akan bernilai buruk ketika perkataan dan perlakukam tidak jujur
dipergunakan dalam pemerintahan, maka tentu imbasnya adalah penyalahgunaan
wewenang serta perampasan terhadap hak-hak orang dibawahnya, Seperti bawahan maupu
masyarakatnya.
Sejalan
dengan pernyataan diatas maka estetika yang merupakan bagian dari aksiologi dan
memiliki peranan dalam hal penentuan keindahan atau tidak indah, maka tentu
tidak akan terlepas pula pada keterkaitanya dengan ruang dan waktu. Ruang dan
waktu merupakan patokan utama dalam penentuan suatu kriteria dan bagimana tolak
ukur yang dapat dipergunakan sebagai alat validasi. Seperti halnya pada etika,
maka estitika antara tempat yang satu dengan tempat yang lain akan berbeda.
Perbedaan ini terletak pada budaya serta aturan yang diterapkan didaerah atau
wilayah tersebut. Sebagai ilustrasi sederhana, budaya barat yang sangat
bertentang dengan budaya timur, dimana menurut budaya barat fashion, gaya
bergaul, serta gaya hidup yang hedonis dan bebas merupakan hal yang indah,
tetapi menurut budaya timur memiliki nilai yang negative dan bahkan merupakan
aib besar yang harus dihilangkan.
Oleh
karena itu, dengan berfilsafat mengajarkan kepada setiap individu menyadari
sejauh mana batasan yang dimilikinya serta tidak menjadikan dirinya sebagai
pribadi yang sombong, sebab manusia adalah makhluk yang penuh salah dan dosa
serta keterbatasan. Selain itu, kesadaran terhadap ruang dan waktu merupakan
hal penting untuk selalu peka terhadap kedua aspek ini, agar dalam segala
tindakan yang hendak dilakukan sesuai dengan kriterian kebenaran yang tepat berdasarkan
ruang dan waktu yang tepat pula. Selanjutnya, saya mengutip apa yang
diungkapkan oleh Albert Enstein bahwa
“agama tanpa ilmu adalah sesat dan ilmu
tanpa agama adalah buta”. Ungkapan ini merupakan penanda bagimana
pentingnya agama dalam proses memahami setiap yang ada dan yang mungkin ada,
agar setiap diri selalu berada pada right trace (Jalan yang benar) yang telah
Allah berikan dan diamanahkan kepada semua umat manusia.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan
pendahuluan dan pembahasan diatas, maka yang dapat disimpulkan dalam makalah
hipotetycal analysis yang berjudul pemahaman awal tentang filsafat yaitu
sebagai berikut:
a. Filsafat
ilmu merupakan oleh pikir, dengan bahasa analog sebagai alat bantu
komunikasinya serta metode hidup sebagai metodologis yang tepat untuk
mempelajarinya. Bahasa analog adalah bahasa yang lebih halus dari bahasa kiasan
yang mengharuskan adanya proses berpikir dalam memahami setia yang ada dan
mungkin ada. Sedangkan metode hidup yaitu metode yang memandang individu
sebagai pribadi yang memiliki karakteristik yang berbeda dan unik, sehingga
dalam proses belajarnya pun harus berdasarkan pada kemampuan dan pemahaman
mereka, sebab filsafat adalah diri kita sendiri.
b. Filsafat
memiliki dua objek utama yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada
diartikan sesuatu yang dapat dijangkau oleh panca indra dan pikiran serta yang
mungkin ada diartikan sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan
pikiran, baik kejadian dimasa lalu maupun kejadian dimasa mendatang. Satu hal
yang harus diperhatikan adalah yang ada dan yang mungkin ada antara individu
yang satu dengan individu yang lain akan berbeda, sebab ada untuk saya belum
tentu ada untuk yang lain dan begitu pula sebaliknya.
c. Filsafat
memiliki 3 aspek yaitu ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ontology
diartikan sebagai hakikat yang ada, epistomologi diartikan sebagai pengetahuan
dan filsafat ilmu merupakan bagian dari aspek ini. Sedangkan aksiologi
berkaitan erat dengan etika dan estetika. Etika memiliki kajian dalam hal
penentuan tindakan baik atau buruk sedangkan estetikan memiliki fungsi sebagai
penentu kriteria indah atau jelek.
d. Filsafat
memandang setiap yang salah dan yang benar sebagai sesuatu hal yang relatif,
sebab filsafat sangat patuh pada ruang dan waktu. Ruang dan waktu merupakan
tolak ukur yang menjadi dasar penyusunan kriteria kebenaran, agar alat ukur
yang digunakan untuk mengungkapkan kebenaran maupun kesalahan memang
benar-benar valid.
Minggu, 10 Januari 2016
FILSAFAT MATEMATIKA
FILSAFAT MATEMATIKA
Penjelasan
:
1.
Orang
Awan, berarti ukuran ubin sebab dengan 30 cm x 30 cm = 900 cm2 secara kontekstual dilapangan lebih sering
dijumpai sebagai ukuran ubin
2.
Idiologi,
Formal sebab 30 cm x 30 cm = 900 cm2 formal dari luas
3.
Budaya,
Karya sebab 30 cm x 30 cm = 900 cm2 karya atau cara untuk mencari luas
4.
Ada,
30, 30, =, 900 x,cm, cm2 , sebab setiap pengada pasti dibentuk dari
beberapa yang ada
5.
Mengada,
30 cm x 30 cm, sebab untuk menjadi pengada harus melalui proses mengadakan
terlebih dahulu
6.
Sekolah,
Geometri sebab pada pembelajaran disekolah ketika berbicara cm2 maka
ini berarti pokok materinya adalah geometri
7.
Guru,
Bangun Datar sebab 30 cm x 30 cm = 900 cm2 adalah proses memcari
luas bangun datar
8.
Siswa,
Luas Persegi sebab persegi memiliki sisi yang sama panjang
9.
Metode,
Kontekstual, Realistik atau PBL, sebab 30 cm x 30 cm = 900 cm2 merupakan contoh konkret atau masalah konkrit
yang berkaitan dengan luas persegi
10.
Kurikulum,
kurikulum 2013 sebab kurikulum 2013 menekankan pada pemecahan masalah dan
kontekstual yang bersumber dari lingkungan seperti contoh ukuran ubin tersebut
11.
Formal
terbagi dua yaitu luas Persegi dan integral, kedua rumus tersebut merupakan
cara untuk mencari luas daerah
12.
Epistomologi,
wadah atau isi dari 30 cm x 30 cm = 900
cm2 yang merupakan bagian
dari pengetahuan untuk mencari luas daerah
13.
Ontologis,
benar atau salah dari 30 cm x 30 cm = 900 cm2
14.
Aksiologi,
subjektif sebab untuk menilai indah atau buruknya tergantung pada subjek yang
menilainnya.
15.
Sosiologi,
daerah atau wilayah sebab ketika berbicara luas maka ini berkaitan dengan luas
wilayah, dll
16.
Psikologi,
memperluas sebab psikologi berkaitan dengan tindakan
17.
Spritual,
keluasaan beribadah sebab kata luas dalam spiritual secara mutlak berhubungan
dengan keluasan beribadah kepada Allah agar kita juga mendapatkan keluasan,
kelapangan dan ridhonya.
Senin, 21 Desember 2015
An Onto-Semiotic Analysis of Combinatorial Problems and The Solving Processes by University Students
Kelompok
1
Review
Jurnal Penenlitian Deskripsi Eksploratif
Imaludin
Agus 15709251038
Venti
Indiani 15709251057
Tri
Kurniah L 15709251065
Judul : An Onto-Semiotic Analysis of
Combinatorial Problems and The Solving Processes by University Students
Penulis : Juan D. Godino, Carmen Batanero,
dan Rafael Roa
Intisari
Menurut Ernest (1988) matematika
adalah suatu kegiatan atau aktivitas. Dalam aktivitas tersebut timbul gejala
atau respon baik berupa visual maupun verbal. Pada penelitian ini hal tersebut
dianalisis dengan metode ontologis semiotik untuk melihat kemampuan berpikir
matematis pada mahasiswa. Semiotik berasal dari kata sign yang berarti tanda. Secara umum metode semiotik dapat
diartikan sebagai suatu metode dengan melihat tanda yang muncul baik secara
visual maupun verbal.
Entitas utama dari ontologis semiotik
terdiri dari enam entitas, yaitu: bahasa, situasi/masalah, tindakan, konsep,
properti, dan argumen.
Bahasa
Penyajian yang digunakan untuk
mewakili masalah kombinatorial ini yaitu notasi simbolik dan susunan tabel (tabulasi arrangement), contoh notasi simbolik : kombinasi antara 3
huruf identik yang dimasukan secara berturut-turut kedalam 4 amplop, notasi
simboliknya yaitu : C(n,m), C(4,3). Kemudian contoh susunan tabel nya seperti
combinasi segitiga pascal, diagram venn, dan pohon.
Situasi/Masalah
Masalah
kombinatori merupakan masalah pada matematika yang menyebabkan munculnya aktivitas kombinatorial.
Soal 1 :
Kombinasi tiga
angka yang diambil berturut-turut dalam kotak yang berisi 4 kelereng.
Soal 2:
Kita memiliki 3
huruf yang identik yang akan dimasukan
kedalam 4 amplop yang berbeda warna. Solusi untuk masalah ini adalah C4,3,
tetapi ada banyak kemungkinan yang berbeda dalam model ini, tergantung pada
fitur berikut:
Soal 3 :
Seorang anak
laki-laki memiliki empat mobil yang berbeda warna (hitam, oranye, putih dan
hijau) dan dia memutuskan untuk memberikan mobil tersebut kepada teman-temannya
Fernando, Luis dan Teresa. Berapa banyak cara yang berbeda ia dapat
mendistribusikan mobil tersebut?
Soal 4: seorang anak memeliki 12
kartu permainan : 9 kartu diberi nomor dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan
9. Kemudian tiga kartu yang tersisa diberi nama: jack, ratu dan raja. Berapa
banyak cara yang berbeda dalam mengatur empat kartu berturut-turut, dengan
kondisi bahwa tiga kartu yang diberi nama selalu dipilih?
Tindakan
Ketika dihadapkan
dengan masalah matematika diperlukan tindakan yang beragam dalam proses
penyelesaiannya. Sehingga diharapkan siswa dapat melakukan tindakan berikut
untuk memecahkan masalah :
a. Menerjemahkan
pernyataan masalah
b.
Mengidentifikasi kondisi sampel
c. Menyadari
kondisi dimana dimungkinkan untuk menerapkan konsep
d. Mengingat dan
beroperasi dengan rumus
e. Melaksanakan operasi aritmatika
Konsep
Selain memahami cara memecahkan masalah dengan notasi yang
mereka gunakan, diharapkan siswa juga dapat memahami konsep-konsep mengenai
kombinasi, kelompok, parameter, seleksi, permutasi dan lain sebagainya.
Properti
Konsep ditentukan oleh atribut (sifat)
yang mewakili kondisi, dan karakteristik dalam suatu situasi serta hubungan
antar objek contohnya suatu kombinasi diperoleh dari pembagian antara susunan
yang mungkin dan permutasi.
Argumen
Semua tindakan yang dilakukan melalui
argumen atau penalaran, digunakan untuk memeriksa solusi masalah dan
menjelaskan solusi ini kepada orang lain.
Aspek pengetahuan matematika dapat dilihat
berdasarkan dua aspek yang berpasangan: personal-institusional,
ostensive-non ostensive, example-type, elemental-systemic, expression-content.
personal-institusional
Dari segi institusional, sebelum
melakukan evaluasi terhadap hasil tes pengetahuan siswa terlebih dahulu
mengalisis buku teks dan kurikulum. Dari hasil analisis tersebut diperoleh
bahwa interpretasi yang diberikan kurang jelas sehingga menyulitkan siswa untuk
menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Sedangkan dari segi individu, dimana
pedro sebagai subjeknya ditemukan bahwa pedro mengalami kesulitan dalam
menerapkan defenisi dan rumus kombinasi dalam pemecahan masalah, hal ini
didasarkan pada hasil wawancara peneliti terhadap pedro. Selain itu, persoalan
lain diperoleh bahwa pedro mengalami kesulitan dalam memahami dan
mengidentifikasi masalah, sehingga mengalami kesalahan dalam penentuan solusi
berdasarkan kerangkan yang dibuat oleh institusional
ostensive-non ostensive
Ostensive merupakan suatu cara
menggambarkan suau konsep, sifat, masalah, pendapat(argument) serta tindakan
yang diberikan melalui bahasa. Selain itu, juga merupakan salah satu cara untuk
mengepresikan benda non ostetensif. Sebagai contoh: pada kasus pedro, dimana
pedro mengasumsikan bahwa mobil yang diberikan kepada ketiga anak tersebut
memiliki warna yang berbeda sehingga memungkinkan keempat mobil tersebut
diperoleh oleh satu induvidu (Fernando). Kesimpulannya adalah harus memberikan
penjelasan yang jelas terhadap objek yang digambarkan.
example-type
Gagasan yang dituliskan
pada aspek ini tentang kesulitan membedakan antara jenis dan contoh dalam
proses pemecahan masalah matematika. Salah satu contoh kasusnya adalah adolf
yang mampu menyelesaikan masalah kombinasi tertentu dengan menggunakan
pendekatan konkrit (tanpa rumus yang telah ditentukan) serta dapat
digeneralisasikan dalam situasi lain.
elemental-systemic
Pada proses pembelajaran matematika
(kombinatori) harus memperhatikan sistematik materi atau hubungan antara sub
materi. Sebagai contoh hubungan antara kombinasi dengan nomor kombinasi,
segitiga pascal serta hubungan kombinasi dengan binomial.
expression-content
Kegiatan
matematika pada dasarnya relasional, dimana ada korespondensi antara antesenden
(ekspresi, signifikasi) dan kosekuen (isi dan makna) yang didasarkan pada
kriteria tertentu.
Berdasarkan hasil analisis pemecahan
masalah yang dilakukan oleh mahasiswa pada materi kombinatorial dapat
didapatkan beberapa hal. Hasil analisis pada penyelesaian permasalahan yang
dilakukan oleh Adolf (subjek 1) diidentifikasi bahwa Adolf mampu
mengidentifikasi semua data pada soal dengan benar. Dalam proses menyelesaikan masalah
Adolf mengerjakan soal secara bertahap melalui step-step. Solusi yang
dihasilkan oleh Adolf mempunyai tingkat kompleksitas yang relatif tinggi. Selain
itu Adolf juga mempunyai argumen untuk memvalidasi solusi yang diperolehnya.
Sementara itu Hasil analisis pada penyelesaian permasalahan yang dilakukan oleh
Luisa (subjek 2) diidentifikasi bahwa dia pernah mendapat materi kombinasi
sebelumnya dan dia masih ingat beberapa rumus namun kesulitan dalam memecahkan
masalah. Luisa dapat menafsirkan data dengan baik dan menuliskan notasi symbol
yang sesuai. Misalkan: notasi B : untuk Mobil Hitam. Luisa juga dapat
menafsirkan beberapa pernyataan dan dia memahami objek yang didistribusi
memiliki sifat yang berbeda dan dikelompokkan sesuai dengan sifatnya. Selain
itu Luisa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan rumus yang dia
ketahui, tetapi terkadang ia kesulitan dalam menafsirkan masalah. Sementara itu
hasil analisis pada penyelesaian permasalahan yang dilakukan oleh Juan (subjek
3) diidentifikasi bahwa ia sulit mengingat defenisi tentang materi kombinatorik
serta mengalami kesulitan dalam penggunaan konsep atau operasi kombinatorik. Juan
menafsirkan permasalahan (simbolisasi permasalahan) dengan benar. Dia juga
mampu mengidentifikasi dengan benar fakta-fakta dalam masalah tersebut serta
menerapkan dan mengidentifikasi operasi (konsep) secara langsung dalam proses
pemecahan masalah berkaitan dengan materi kombinasi. Selain itu Juan
menggunakan defenisi yang dibuatnya untuk langsung mengidentifikasi operasi
(konsep) dalam proses pemecahan masalah.
Kelebihan
Kelebihan yang dapat dikemukakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat
menjelaskan lebih detail mengenai subjek penelitian
2. Data
dapat menyebabkan saran hipotesis untuk studi masa depan
3. Hasil
Penelitian dapat menjadi referensi, pedoman atau acuan bagi pendidik dalam
proses evaluasi pembelajaran khususnya materi kombinatorik
Kelemahan
Kelemahan yang dapat dikemukakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Desain
penelitian fleksibel sehingga hasil penelitian tidak bisa diprediksi.
2. Hasil
penelitian hanya berlaku untuk subjek yang diteliti saja.
3. Tidak
semua hasil pekerjaan siswa dianalisis secara detail.
Manfaat
Manfaat umum
Penelitian
ini dapat digunakan sebagai kerangka teori dalam penyusunan tesis maupun jurnal
untuk dipublikasikan.
Manfaat khusus
Bagi
guru
Memberikan
penjelasan lebih lanjut pada kesulitan dan keterbatasan dalam pembelajaran
matematika berdasarkan sifat dan kompleksitas objek matematika.
Bagi
peneliti
Sebagai
bahan atau acuan yang relevan bagi penelitian selanjutnya.